Selasa, 03 Februari 2009

NIKMAT YANG TERLUPAKAN

Pak Sarmili sering berangan-angan memilki uang banyak, penghasilannya yang didapat saat ini dinilai masih kurang. Sebenarnya, walaupun hidup dalam kesederhanaan, Pak Sarmili bukan termasuk dalam orang yang kekurangan, bahkan dengan pekerjaannya sebagai petugas kebersihan di Sekolah Dasar Negeri, Pak Sarmili bisa menyekolahkan ketiga anaknya.

"Seandainya saya mendapat uang seratus juta, mungkin cerita hidup saya agak sedikit berbeda," kata Pak Sarmili yang memandang kosong ke depan penuh dengan khayalan. Di antara jama’ah masjid, Pak Sarmili termasuk orang yang rajin beribadah dan pandai bersosialisasi di antara masyarakat.

Ketika hendak mengantarkan anaknya yang bungsu ke sekolah, Pak Sarmili ditabrak mobil sedan milik anak seorang pengusaha yang baru belajar mengendarai mobil. Anak bungsunya hanya cidera kecil, tetapi Pak Sarmili terkena luka cukup parah di kepala, bahkan matanya mengalami luka cukup serius. Memang segala biayai pengobatan ditanggung oleh sang pengusaha, ayah si anak yang menabrak tersebut, tetapi ada luka yang tidak bisa sembuh, yaitu kedua mata Pak Sarmili.

Sebagai tanda bersalah dan keprihatinan, pengusaha tersebut memberikan uang sebanyak seratus juta rupiah kepada Pak Sarmili, di luar biaya pengobatan dan biaya rawat inap di rumah sakit. Pak Sarmili hanya bisa menangis, Allah SWT telah mengabulkan angan-angannya, tetapi sebagai gantinya, Allah SWT mengambil sesuatu yang ketika ada, jarang disyukuri sebagai nikmat.

Ada banyak nikmat Allah yang tidak bisa kita hitung, tapi bisa kita rasakan. Dan ada kalanya nikmat itu baru bisa terhitung ketika kita berhenti merasakannya. "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula, maka nikmat Tuhan mana lagi yang hendak kamu dustakan?" (QS. 55 : 60-61).
by: David Sofyan