Senin, 28 Februari 2011

Amanah Itu Lebih Berat Dari Dunia Besarta Isinya

Oleh : Zainal Arifin Alfalasany, SE

Pernakah kita bayangkan bila harus meminggul bumi ini? Kalau di ukur berapakah satuan ukuran yang tepat gram, kilo gram, ton, kwintal atau jangan-jangan tidak ada lagi alat ukur di dunia ini yang sanggup mengetahui ukuran berat bumi?

Amanah merupakan satu kosa kata yang singkat namun memiliki makna yang besar. Kenapa demikian? Coba kita simak firman Allah dalam Surat Al Ahzab ayat 72 :

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,”

Bisakah kita bayangkan tentang betapa beratnya amanah dan beban yang harus ditanggung oleh manusia, dimana langit, bumi dan gunung sebagai makhluk Allah yang perkasa dan kuat merasa lemah dan enggan untuk memikul amanah itu, takut dan khawatir jikalau tidak sanggup menunaikannya. Begitu sombongnya kita (manusia) menawarkan diri untuk memikul amanah tersebut.

Sudah menemukan kira-kira jawaban pertanyaan diatas, satuan ukuran buat AMANAH? Terkadang kita para aktivis dakwah suka meremehkan amanah yang sudah diberikan kepada kita, mungkin kita masuk organisasi yang mengumandangkan panji-panji islam hanya biar dianggap bahwa kita ini aktivis dakwah. Begitu pula kita yang mungkin kiranya sudah menjalankan amanah yang diberikan, tapi masih ada saja rasa ingin memperoleh apresiasi atas kerja kita baik dari orang lain maupaun teman seorganisasi. Astagfirullahal adzim ampuni dosaku ini ya Rabb…
Kata anis mata dalam bukunya, MENCARI PAHLAWAN INDONESIA dijelaskan bahwa pahlawan yang sesungguhnya bukanlah pahlawan yang mati di medan perang yang namanya harum dan selalu diperingati tiap tahunnya. Pahlawan yang sesungguhnya kata anis mata adalah pahlawan yang berkorban dan mati di medan perang semata-mata karena Allah SWT.
Pasti pada bertanya pada diri masing-masing. Sudahkah saya menjadi pahlawan yang berkorban dan berjuang semata-mata karena Allah SWT? Atau karena si ina, itu, ini dan ono?

Tidak ada salahnya kita meluruskan semua itu sekarang. Selama raga masih sehat, nikmat-Nya masih tetap dicurahkan kepada kita, rasa kepedulian akan sesame masih peka terhadap lingkungan sekitar berarti Allah masih mencintai kita dan memberikan kesempatan kepada kita untuk berubah.
Mengutip lirik salah satu nasyid :

“Wahai pemilik nyawaku betapa lemah diriku ini. Berat ujian dari-Mu kupasrahkan semua Pada-Mu. Tuhan baru kusadar indah nikmat sehat itu, tak pandai aku bersyukur kini kuharapkan Cinta-Mu.”

Kata-kata cinta terucap indah mengalir berzikir di kidung doaku sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku. Butir-butir cinta air mataku teringat semua yang Kau beri untukku ampuni khilaf dan salah selama ini Ya ilahi… Muhasabah cintaku...
Tuhan kuatkan aku lindungiku dari putus asa. Jika ku harus mati pertemukan aku denganMu

0 komentar:

Posting Komentar