Selasa, 24 November 2009

Kafe Permadani

Pertanyaan:

Assalamu'alaikum wr. wb.
Pak Ustadz yang terhormat.... saya ada pertanyaan mengenai puasa sunah Idul Adha (walaupun sudah lewat)
Berapa hari Puasa Idul Adha yang di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW, soalnya seperti saya lihat ada yang 1 dan ada yang 2 (bila ada dengan dalilnya)
Wasalamu'alaikum Wr.Wb.

Jawaban:

Assalamu `alaikum Wr. Wb.
Al-Hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Alaa Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa `Aalihi Waashabihi Ajma`in, Wa Ba`d

Yang kami dapati dalilnya adalah puasa sunnah pada tanggal 9 Zulhijjah dan lainnya adalah puasa 8 hari pertama bulan Zulhijjah, yaitu dari tanggal 1 hingga tanggal 8.

Dalil puasa tanggal 9 Zulhijjah atau yang dikenal puasa Arafah itu adalah sabda Rasulullah SAW :
Puasa hari Arafah itu �ahtasibu alallah- bahwa dia itu menggugurkan dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya (HR. Muslim)

Sedangkan dalil puasa 8 hari bulan Zulhijjah adalah sebagai berikut :
Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW: [1] Puasa hari Asyura, [2] Puasa 1-8 zulhijjah, [3] 3 hari tiap bulan dan [4] dua rakaat sebelum fajar. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai).

Dari Ibni Abbas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada amal yang lebih dicintai Allah dari hari ini, (yaitu 10 hari bulan Zulhijjah). Mereka bertanya,"Ya Rasulullah SAW, dibandingkan dengan jihad fi sabilillah ?". "Meskipun dibandingkan dengan jihad fi sabililllah". (HR. Jamaah kecuali muslim dan Nasai Lihat Nailul Authar : 3/312).

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

http://www.kafemuslimah.com/article_detail.php?id=981

Kamis, 12 November 2009

Kala Subuh Kita Lebih Awal

Jika kita perhatikan sekarang ini, waktu shalat Shubuh kita di beberapa bagian—terutama di bagian Barat Indonesia, jatuh sekitar jam 04.00 pagi. Ini mungkin baru terjadi dalam kurun waktu yang lama sekali. Sebelumnya, selama bertahun-tahun, kita melaksanakan Shalat Shubuh pada jam 05.00 kurang atau paling tidak, pukul 04.30 pagi. Mengapa?

Ibrahim bin Adham mengatakan bahwa jika ingin melihat kebangkitan Islam, maka lihatlah Shalat Shubuh di masjid-masjid. Maksudnya, Islam akan kembali bangkit dan menemukan zaman keemasannya jika jamaah Shalat Shubuh di masjid sama banyaknya dengan jamaah shalat Jumat.
Kita sudah tahu bahwa dalam shalat Jumat, berlepas dari banyak juga yang tidak melakukannya, tetapi masjid-masjid jamie selalu penuh. Orang-orang menghentikan sejenak aktivitasnya. Di waktu shalat-shalat lainnya, masjid kembali ke “habitat”-nya semula: sepi dan hanya paling tidak, di sebagian besar masjid, hanya mempunyai jamaah tiga atau empat shaff. Itupun ketika Maghrib dan Isya saja. Shalat

Shubuh yang paling mengenaskan. Seringkali, muadzin melakukan semuanya sendirian: beradzan, qomat, menjadi imam dan juga jamaahnya, alias tak ada jamaahnya. Paling bagus, shalat Shubuh diikuti oleh satu baris yang terdiri dari orang-orang tua saja.

Dengan bergesernya waktu shalat Shubuh yang lebih awal, bisa ditebak, shalat Shubuh di masjid menjadi makin sepi. Jumlah jamaah yang tadinya sudah sedikit semakin surut saja. Dan jangan terlalu banyak berharap melihat anak-anak muda di barisan jamaah shalat Shubuh. Memang kadang-kadang aja juga, namun yang kadang-kadang itupun jumlahnya tidak lebih dari hitungan jari satu tangan saja.

Sebaliknya anak-anak muda kita sekarang ini, jika kebetulan pas hari libur, mereka sering kali masih bisa kita temui di pinggir jalan sampai larut malam. Mereka berkumpul dan begadang, menghabiskan malam bersama-sama, dan kemudian pergi tidur justru ketika Shubuh akan segera jatuh.

Sebagian besar bencana besar sering kali terjadi pada waktu setelah Shubuh yang tenang. Misalnya saja Tsunami Aceh dan tragedi Situ Gintung belakangan ini.

Semoga, kita menjadi orang-orang yang senantiasa menjalankan shalat Shubuh berjamaah di masjid.

Kamis, 05 November 2009

Menjadi Orang Bahagia

Setiap orang ingin bahagia dalam hidupnya dan selalu mencarinya. Namun, tidak semua orang mengetahui apa yang dapat membuat ia bahagia. Bisa jadi orang yang korupsi menyangka bahwa dengan banyak uang ia akan bahagia. Padahal ia salah. la tidak tahu bagaimana caranya bahagia.

Begitu pun orang yang datang ke pengajian. Ia mencari kebahagian dengan datang ke majelis ta\'lim karena menganggap bahwa dengan ilmu dan dzikir, ia akan bahagia. Jadi, beragam cara yang dilakukan orang untuk bahagia.
Dunia, berikut isinya didesain Allah untuk membahagiakan kita. Kalau dirumuskan, orang yang paling bahagia sama dengan orang yang paling kokoh imannya. Orang yang belum yakin kepada Allah, akan berat hidupnya. Jadi, bahagia berbanding lurus dengan kekuatan iman. Sebagaimana yang pernah disabdakan Rasulullah, bahwa orang yang beriman adalah makhluk ajaib. Ia tidak pernah rugi. Jika mendapat kesenangan, bersyukur. Jika mendapat musibah, bersabar.

Demikian pula makin kokoh imannya, akan semakin bagus pula akhlaknya. la tidak akan sembarangan berperilaku, tidak serampangan bertindak. Iman yang kuat akan melahirkan akhlak yang baik, begitu juga prestasi terbaik.

Pupuk iman adalah ilmu. Dan ilmu akan semakin berkah jika diamalkan. Apalagi jika diamalkan dengan ikhlas, itulah rumus menjadi bahagia. Janji Allah kepada orang seperti ini adalah ia akan diberikan jalan keluar, dan dicukupi kebutuhannya dari jalan yang tidak disangka-sangka.

Satu lagi ciri orang yang bahagia adalah tingkat tawakalnya yang luar biasa kepada Allah. Semakin kuat tawakal akan keyakinan seseorang, tentu Allah semakin mudah menolongnya. Jadi, untuk menjadi orang yang bahagia, kita harus berani introspeksi diri. Sejauh mana kita gigih mencari ilmu. Sejauh mana pula kita mengamalkan setiap ilmu yang kita dapatkan. Dan, sejauh mana tingkat keikhlasan dan tawakal kita kepada Allah.