Selasa, 30 November 2010

Keakraban Seorang Ayah dan Anak

By : Sekjen Permadani

Adzah dzuhur telah berkumandang pertanda waktu sholat dzuhur harus di tegakkan (dilaksanakan). Ku nyalakan sepeda motorku dan kubimbing arah motor menuju seruan kumandang adzan dzuhur (masjid ar-rahman). Ku parkir motor di samping halaman masjid dan kulangkahkan kaki menuju tempat wudhu masjid tersebut. Ku putar keran air kutadahkan tangan untuk mengambil tetesan air, ku basuh muka seraya memohon kepada Allah agar dosa-dosa dalam diri berguguran bersamaan dengan air wudhu bekas basuhan muka, tangan, kepala, telinga dan kaki. Amin


Ketengan pun menghampiri ketika selesai wudhu aku berdoa dan mulai melangkahkan kaki menuju ruangan masjid tempatku hendak melaksanakan ibadah sholat dzuhur. Takbir pun keluar dari bibir yang penuh dosa ini dan mulai ku ikuti gerakan sholat imam. Selesai sholat ku bersimpuh memanjatkan dosa agar dosa-dosa orang tua dan dosa saya di ampuni Alloh, mohon diberikan kekuatan dalam menjalani liku kehidupan fatamorgana dunia. Dan tak lupa pastinya permohonan agar diberikan pendamping hidup yang bisa menentramkan jiwa, bisa lebih mendekatkan diri kepada-MU. Amin


Selesainya aku berdoa, sejenak aku lihat HP barang kali ada SMS masuk. Setelah kuliat ada panggilan tak terjawab, dan kubuka siapa gerangan telpon yang tak terangkap tersebut? Setelah terbuka muncul-lah tulisan nama dalam HP tersebut "BABEH" alias bapak saya yang telpon ternyata. Kubuka lembaran baru tuk menulis pertanyaan kepada beliau ada apa gerangan kiranya telpon, barang kali ada yang penting. Setelah selesai menulis tinggal mengirim pesan, ketika mau dikirim hati kecilku berkata "Begitukah caramu menanyakan kepada orang tua cuma lewat SMS, kenapa kamu tidak telpon balik? berapa rupiahkah sih pulsa yang habis untuk menelpon ayah tercinta? Beri apresiasi yang luar biasa buat seorang ayah yang sudah membimbing, membina, mengajar. Selagi kita mampu berikan yang terbaik dari yang terbaik".


idak jadilah aku mengirimkan pesan yang kutulis tadi dan ku tekan panggilan pada nomor "BABEHKU". Terdengar suara tut.. tut.. tut.. pertanda panggilan sedang terhubung. Dan terdengarlah ucapan "Assalamu'alaikum" dari nomor tersebut. Mulailah kami bercakap, mulai dari menanyakan kabar keluarga, sedang apa disana, dan pastinya ada apa gerangan ayahanda telpon? Ternyata ayah memberikan kabar bahwa adik keponakan saya yang jadi tentara di ambon sekarang lagi pulang kampung setelah 2.5 tahun berdinas disana. Dan kabar hebohnya lagi dia pulang kampung membawa seorang akhwat yang tersiar kabar calon istrinya, aku tidak kaget karena aku sudah tau dan sudah dikenalin dengan akhwat tersebut. Subahanallah bahagianya hati ini mendengar adik keponakanku sudah punya calon pendamping istri. Dan insya Alloh akhwatnya bisa menjadikan adik keponakan saya menjadi hamba yang lebih baik dan selalu ingat kepada Alloh. Amin... Insya Alloh


Akhirnya sebelum kututup telponnya sang ayah berpesan setelah aku bercerita bahwa disini aku belum mendapatkan pekerjaan. Jangan terlalu bernafsu dengan pekerjaan, ikhtiar saja kalau memang ada peluang ya ikutan dan kalaupun gagal jangan kecewa (Alloh apa yang terbaik buat hambanya). Hati ini seolah terdiam dan jantung ini rasanya berhenti sejenak berdetak bersyukur dengan sosok ayah yang bijaksana ini. Thanks Father Doamu, Wejagnanmu akan kujadikan motivasi tuk memberikan yang terbaik untukmu. Amin


NB : Pesan saya jangan pernah kecewakan orang tua, jadi anak yang berbakti ini sudah merupakan berlian luar biasa bagi kedua orang tua. Amin

Jumat, 26 November 2010

Perjalanan Dakwah Ini

By : Sekjen Permadani

Sahabatku semua apa kabar antum disana? (dikampung halaman, kota perantauan) hanya doa yang bisa aku kirimkan kepada antum semua semoga dimanapun antum berapa ikatan ukhuwah ini tidak akan terputus seperti jarak kita yang terputus ruang dan tempat. Tidak terputusnya kampung halaman dan kota perantauan bagai bandung sragen yang dibelah dengan kota-kota. Semuanya itu merupakan keindahan yang Allah berikan untuk mewarnai jalan dakwah ini.

Tak terasa perjalanan dakwah ini (permadani) sudah menginjak umur hampir 2 tahun. Bagaikan seorang bayi yang dari umur 1 tahun dia hanya bisa merengek dengan tangisan tiap meminta sesuatu kepada kedua orangtuanya. Hanya minum Air Susu Ibu dan berbekal kemanjaanlah dari kedua orangtuanya si bayi memperoleh kebahagian. Saat sang bayi menginjak umur 2 tahun sang ayar meminta sang ibu untuk mulai menanggalkan ASI-nya kepada si bayi karena sang ayah merasa si bayi sudah saatnya makan asam manis (sayur bayam dan teh manis sebagai pengganti Air Susu Ibu) walau dengan berat hati sang ibu berat dan coba memohon pada sang ayah agar si bayi tetap diberikan ASI olehnya karena saking cintanya sang ibu terhadap si bayi.

Hari pertama ketika sang ibu mulai tidak memberikan ASI-nya kepada si bayi, bayipun menangis dalam hati berkata (tidak seperti biasanya tiap bangun tidur si bayi sudah mendapatkan ASI, tapi kenapa pagi ini tidak lagi?) sang ibu pun tak kuasa mendengar tangisan buah hatinya dan mendekat hendak memberikan ASI-nya. Tapi ketika sang ayah melihatnya, sang ayah langsung melarang sang ibu. Ibu pun menangis dan mencoba menjelaskan ketidak tegaannya melihat sang buah hatinya menangis. Dengan kebijakannya sang ayah menjelaskan kepada sang istri tercinta bahwa sejujurnya sang ayah tidak tega melihat sang buah hati menangis seperti itu, tapi semua ini hanya sebuah pembelajaran kepada sang buah hati bahwa sudah saatnya si bayi merasakan asam manis perjalanannya di dunia ini.

Kisah diatas hanya sebuah perumpamaan bahwa perjalanan dakwah ini (permadani) sudah menginjak umur yang dimana bukan saatnya lagi kita bersantai ria hanya menunggu perintah tanpa adanya inisiatif. Bukan saatnya bermanja tanpa adanya kemandirian. Bukan saatnya menunggu tapi menjemput.

Sahabat bukan saat lagi kita bersantai ria. Sudah cukup waktu selama ini untuk bersantai dan belajar. Saatnya kita berdiri tegak, kuatkan kaki sebagai penopang badan dan bersiap-siap tuk berlari kencang atau kelumpuhan kaki yang memberhentikan kita disini dan menjadikan kita penonton dalam perjalanan dakwah ini. Allahu Akbar!!!

Senin, 24 Mei 2010

Cahaya Langit: Rezeki Rumah Miring

Posted by: "bobby herwibowo" bobby_hero77@yahoo.com bobby_hero77
Thu May 20, 2010 7:11 am (PDT)


“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” (QS Nuh [71] : 13)


Seorang ibu yang mengaku bernama Dessy datang menghampiri saya usai sebuah pertemuan. “Boleh berbicara sebentar, Pak?!” tanyanya. “Silakan bu…!” jawab saya.
Saat itu saya baru saja berbicara di hadapan sekelompok kaum ibu mengenai kebesaran Allah Swt dan bagaimana Dia Swt menjawab setiap doa hambaNya. Acara sudah usai dan saya tengah istirahat sejenak sambil menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah.
Bu Dessy menyampaikan pengalamannya saat saya masih terus mengunyah. Begitu antusias ia menuturkan hingga saya pun mulai pasang telinga.
Ia mengabarkan bahwa ia bersyukur memiliki seorang suami yang amat shalih. Keshalihan suami itulah yang membuat Dessy mengambil keputusan menikah dengannya, meskipun awalnya Dessy adalah seorang non-muslimah. Setelah beberapa tahun menikah dan dikaruniai dua orang anak, Dessy mendapati bahwa ia merasa tidak cocok dengan agama Islam, bahkan belakangan ia kembali kepada agama semula.
“Saya terus mencoba untuk membuat anak-anak ikut ke agama saya namun rupanya mereka lebih sayang kepada ayah mereka…” tutur Dessy.
Ia melanjutkan bahkan saking kuatnya pengaruh ketaatan beragama suaminya, anak-anak tumbuh menjadi keturunan yang shalih dan kuat berakidah.
Hingga Dessy menuturkan pengalaman dialognya dengan seorang anaknya yang berumur 4 tahun saat itu dan membuat jalan hidup Dessy kembali berubah.
“Kami saat itu sedang asyik bermain ayunan di taman…. Kami tertawa riang dan bercanda….. Saat kami kelelahan bermain dan beristirahat sambil duduk di taman aku berkata kepada anakku, ‘Nak…, enak sekali ya bermain di taman seperti ini!’ Sang anak pun menjawab, ‘Ya Ma, asyik sekali… Tapi sayang ya kita cuma bisa bermain bersama di sini, tidak di surga.’jawab sang anak.”
“Memangnya mengapa kita tidak bisa main seperti ini di surga nanti?!” tanya Dessy keheranan. Anaknya yang tersayang itu menjawab, “Kita kan semua muslim, sementara mama bukan hamba Allah yang muslimah. Sedang surga hanya Allah berikan kepada hamba yang taat kepadaNya….”
DEGGG….! Hati Dessy tersentak. Ia tidak menyangka bahwa anaknya mampu berpikir sedemikian jauh. Hati Dessy menjadi galau. Matanya kini berkaca-kaca membayangkan bahwa ia tidak bisa berjumpa lagi dengan anaknya di surga nanti. Namun sejurus kemudian ia malah berpikiran buruk terhadap suaminya. “Ini pasti ulah suamiku!” batin Dessy. Ia menyangka bahwa suaminya pasti telah mendoktrin anaknya sedemikian rupa.

Sore itu sepulang suaminya dari tempat bekerja Dessy menyerangnya habis-habisan. Anehnya meski Dessy berteriak-teriak dengan suara melengking, sang suami malah terlihat begitu tenang dan selalu tersenyum. Begitu Dessy mereda sang suami memberinya penjelasan dan menyadarkan Dessy untuk kembali ke jalan Allah Swt. Alhamdulillah hati Dessy meluluh. Hidayah Allah Swt kembali lagi menyapanya. Dessy berniat untuk kembali menjadi muslimah dengan satu syarat bahwa sang suami harus mencarikan seorang guru yang tepat untuk Dessy agar ia yakin dan mantap memeluk agama Islam.
Suami Dessy menerima syarat itu lalu ia mengajak Dessy untuk melakukan shalat Isya berjamaah. Maka Dessy kembali menyembah Allah Swt setelah sekian lama ia meninggalkanNya.

Shalat Isya di malam itu begitu sejuk terasa dalam batin Dessy dan suaminya. Sang suami bersyukur kepada Allah Swt sambil menitikkan air mata bahagia, sedang Dessy menengadahkan wajah dan kedua tangannya sambil memanjatkan doa dengan suara yang terpendam dalam dada. Dessy sampaikan kepada Allah, Tuhannya:
“Ya Allah…., hingga kini aku belum merasakan keagungan dan kehebatanMu…
Andai betul Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Kuasa…, mohon kiranya Engkau membuat rumah ini laku terjual!”

Demikianlah doa yang dipanjatkan Dessy malam itu kepada Tuhannya. Sebuah doa dari hamba yang lemah yang ingin menguji kekuasaan dan keperkasaan Allah Swt.


Saya terperanjat mendengar tutur doa yang pernah Dessy panjatkan. Saya bertanya kepada Dessy apakah rumah itu kemudian laku terjual? Maka Dessy pun melanjutkan kisahnya………

Sudah 7 bulan yang lalu rumah yang ia diami saat itu pernah diiklankan untuk dijual. Berhari-hari, berminggu-minggu bahkan lebih dari itu Dessy dan suaminya memasarkan rumah mereka di berbagai media. Namun sayang tidak ada satu pun respon positif dari iklan yang dipasang. “Jangankan melihat lokasi, telefon masuk pun yang menanyakan rumah tidak ada” jelas Dessy singkat.
“Kami pun menyadari bahwa memang rumah kami sulit untuk dijual. Sebab lokasi rumah itu di lingkungan warga keturunan yang masih begitu percaya hoki dan feng shui. Ditambah lagi bentuk tanah rumah kami miring. Apalagi nomor rumah kami adalah 4 (empat) yang berarti mati dan membawa sial. Kami sudah putus asa menjual rumah itu, hingga kami berhenti beriklan” jelas Dessy.

Saat suami Dessy meyakinkannya untuk kembali memeluk Islam dan bercerita akan keagungan Allah. Maka Dessy pun ingin menguji kebenaran dari kuasa Allah Swt itu. Sebab itu Dessy berdoa dengan redaksi di atas. Sebuah doa yang menantang kekuasaan Allah Ta’ala.


“Terus bagaimana kelanjutan kisahnya, bu….?” tanya saya tak sabar. Maka Dessy pun melanjutkan kisahnya:

Seperti rutinitas harian yang Dessy kerjakan maka pagi itu ia berangkat ke toko miliknya. Sepanjang hari Dessy menanti ijabah dari Allah Swt atas doa yang ia panjatkan. Namun hingga sore hari masih belum ada pertanda akan datangnya ijabah doa itu.
Ba’da Ashar suami Dessy datang menjemput. Saat baru saja tiba Dessy langsung bertanya penuh harap kepadanya, “Apakah ada orang yang datang menanyakan rumah, Pa?!” Sang suami malah balik bertanya, “Memangnya apakah kamu pasang iklan kemarin?!” Dessy menjawab, “Tidak!” “Ngawur kamu, Ma…. Masak tidak pasang iklan terus berharap ada orang yang datang menanyakan rumah!!!” Dessy tidak membalas kalimat terakhir dari mulut suaminya, namun ia membatin, “Ya Allah, rupanya Engkau tidak berkuasa seperti yang aku harapkan!”
Tak lama setelah itu Dessy dan suaminya kembali pulang ke rumah.

Saat itu kira-kira pukul setengah lima sore. Dessy dan suaminya baru tiba di rumah. Mereka tengah berada di kamar dan baru saja berganti pakaian. Mereka saling bertukar cerita dan pengalaman yang mereka lalui hari itu. Dalam perbincangan mereka di kamar saat itu, tiba-tiba mereka berdua mendengar ada suara seorang perempuan asing mengucapkan salam di luar rumah. Dessy mengintip lewat jendela. Di sana ada seorang wanita berjilbab panjang dengan warna muram. Sekilas Dessy menyangka bahwa perempuan itu pasti datang untuk meminta sumbangan. Dessy keluar dari kamar dan ia berpesan kepada pembantunya untuk memberi infak bila perempuan di luar sana meminta sumbangan. Usai berpesan Dessy pun kembali ke dalam kamar.

Pintu kamar kemudian diketuk oleh sang pembantu dan Dessy pun keluar. “Bu…, perempuan di luar tadi katanya datang mau melihat rumah” jelas sang pembantu. Deggg….! sontak Dessy terperanjat. Tak percaya akan berita yang didengarnya, maka Dessy bergegas untuk membukakan pintu bagi tamunya. “Wajah tamu itu begitu sumringah….” papar Dessy. “Setiap kali ditunjukkan sebuah bagian ruang dari rumah kami, ia selalu bertasbih menyebut nama Allah dan kegirangan” imbuhnya lagi. Ia menyatakan tertarik dengan rumah Dessy dan menanyakan berapa harga yang diminta. Di luar dugaan Dessy sang tamu tidak hanya setuju dengan harga yang disebutkan, bahkan wanita itu mengajaknya untuk pergi ke notaris keesokan paginya untuk transaksi jual-beli rumah. SUBHANALLAH….!

Dessy kegirangan sore itu dan malam harinya ia bermunajat kepada Allah untuk menyampaikan rasa syukurnya atas ijabah doa yang Allah Swt berikan.

Esok paginya ia datang ke notaris bersama suami dan ibu calon pembeli rumah. Akte jual-beli rumah sudah diselesaikan dan proses akad tersebut begitu mudah dan cepat. Wajah Dessy begitu sumringah, dan dalam obrolan di kantor notaris itu Dessy sempat bertanya kepada ibu yang membeli rumahnya, “Bu…, apa yang membuat ibu tertarik dengan rumah kami dan darimana ibu mencari infonya?”
Sang ibu pembeli rumah menjawab, “Saya memang sudah lama mencari rumah di daerah Kelapa Gading, Jakarta. Namun belum ketemu jodohnya barangkali. 2 malam yang lalu sehabis shalat Isya saya merasa kegerahan di dalam rumah. Sambil ngobrol dengan suami di teras rumah, maka saya ambil setumpuk koran lama di meja yang ada di teras untuk kipasan. Lagi asyik ngobrol eh… tiba-tiba saya melihat ada sebuah iklan baris yang menjual rumah di daerah Kelapa Gading. Melihat ukuran rumah dan harganya kok sepertinya cocok betul dengan rumah yang saya cari. Maka keesokan harinya saya baru datang ke rumah bapak-ibu.”

Mendapati penjelasan sang ibu pembeli, Dessy menjadi terkesima dan melongo. Ia seolah tak percaya akan apa yang didengarnya. Sekali lagi Dessy menegaskan, “Dua malam yang lalu ibu membaca iklan baris itu?! Koran itu terbitan tanggal berapa dan pukul berapa ibu berada di teras rumah sambil kipas-kipasan? !”

“Gak tahu ya bu tanggal berapa koran tersebut tapi rasanya mungkin 7 bulan lalu itu koran. Sementara kalau waktu saya ngobrol dengan suami di beranda rumah saat itu mungkin kira-kira pukul 7 malam mungkin ya…” jawab sang ibu pembeli ringan.

“ALLAHU AKBAR….!” Dessy memekik. Ia terdiam sejenak dan tak sanggup berkata apa-apa. Beberapa bulir air mata kini menitik di pipinya. Sang suami dan ibu pembeli rumah bertanya apa gerangan yang terjadi. Lama Dessy terdiam. Tak sanggup ia mengangkat wajah. Setelah agak tenang Dessy menjelaskan bahwa 2 malam yang lalu ia shalat Isya bersama suami setelah sekian lama ia murtaddah. Ia ceritakan kepada semua yang hadir di ruangan notaris itu bahwa malam itu ia berdoa dengan redaksi menantang kekuasaan Allah Swt. Sungguh diluar jangkauan pikiran Dessy bahwa kalimat-kalimat doa itu rupanya naik menghadap Allah Swt, dan pada saat yang sama Allah Swt menjawab doanya dengan memberikan pantulan sinar pada tumpukan koran lama yang ada di beranda rumah ibu pembeli. Ibu pembeli rumah lalu merasa kegerahan dan Allah Swt menggerakkan tangannya untuk mengambil koran lama untuk dibuat kipas. Maka iklan rumah yang berbulan-bulan itu akhirnya menemui calon pembelinya.
SUBHANALLAH!

Dalam ruangan notaris itu Dessy berikrar bahwa kini ia tidak ragu lagi terhadap Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa. Sungguh, keagungan Allah Swt amat menakjubkan. Apakah Anda merasakannya? !

Sabtu, 15 Mei 2010

Aku Yang Hina di Hadapan-Nya

Astagfirullahal adzim…
Wahai Rabb yang Maha Pengampun, Ampunilah segala dosa yang telah kami perbuat…
Wahai Rabb yang Maha Besar, Tiada yang mustahil bila kau sudah berkehendak…
Wahai Rabb yang Maha Agung, Tiada kemuliaan bila tidak dengan keredhoan-Mu…

Wahai Rabb yang Maha menjaga rahasia, Bila Kau buka segala aib-aib kami yang sampai saat ini masih Engkau tutupi apa jadinya kami ini? Betapa besar cinta-Mu pada kami sehingga Kau masih jadikan kami mulia dihadapan orang-orang terdekat kami, Betapa Maha Pengasihnya Engkau terhadap kami sehingga sampai detik ini Kau masih mengurus kami. Bagaimana bila semua nikmat yang Kau berikan pada kami saat ini Engkau cabut karena begitu Murkanya Engkau terhadap perbuatan kami?


Astagfirullahal adzim… Semua tak bisa kubayangkan ya Rabb…
Bila mata ini harus menangis karena segala dosa yang telah kami perbuat mungkin sampai mata ini mengeluarkan air darah sekalipun tidak akan cukup dan tidak akan pernah cukup menghitung segala dosa diri ini…

Terkadang kami sudah merasa sebagai makluk yang paling bertakwa ketika sudah menjalan perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu… betapa tidak sadarnya diri ini bahwa sudah masuk kelembah kesombongan. Terkadang kami merasa hebat & bangga sudah bisa meringankan beban saudara di sekitar kita, tidak sadarkah kita betapa sudah naifnya diri ini?

Ya Rabb betapa hinanya diri ini…

Surat Al-Baqarah Ayat 30 :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Kamis, 13 Mei 2010

Pengaruh Perempuan Dalam Kekuasaan

Senin, 10/05/2010 10:58 WIB | email | print | share
http://www.eramuslim.com/editorial/pengaruh-perempuan-dalam-kekuasaan.htm

Selalu ada anggapan perempuan adalah makhluk yang lemah. Menganggap perempuan tidak mampu mempengaruhi, mengendalkan, dan memegang kekuasaan. Mungkin pandangan seperti itu sudah dibantah dengan preseden, seperti di Indonesia yang mayoritas muslim, pernah presidennya , seorang perempuan. Pakistan yang dalam konstitusinya menyebutkan negara Islam, pernah dipimpin Benazir Bhuto, yang banyak dipuji-puji.

Sejarah di Indonesia pernah menjadi pembicaraan yang hangat, berkaitan dengan pengaruh peremuan di seputar kekuasaan. Konon, sampai sang ‘Penguasa’ yang sangat berkuasa itu, justru menjadi boneka seorang perempuan. Si isteri sang ‘Penguasa’ itu, justru adalah ‘the real president’, dan berkuasa ser ta memilikiki otoritas penuh. Si ‘Penguasa’, yang kebetulan suaminya, hanyalah sebagai boneka, yang menjalankan titah isterinya yang selalu berada dibelakang layar, dan seakan tidak nampak pengaruhnya.

Tetapi, dibalik senyum dan sikapnya yang lembut, dan santun, terkadang keibuan itu, sejatinya dia mempunyai cengkeraman yang kuat terhadap sang ‘Penguasa’, sehingga si ‘Penguasa’ itu tidak dapat berkutik terhadap titah sang isteri. Ibaratnya seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Tunduk dan patuh. Tidak pernah menolak apapun yang menjadi kehendak dan keinginan sang isteri. Perempuan yang menjadi ‘bayangan’ itu, memiliki sifat dan watak,yang ambisius, egois, dan tamak.


Rakyat tidak pernah dapat memahami kondisi ini. Di sebuah negara yang sistem politiknya demokrasi sekalipun, tak akan dapat menangkap gurat-gurat dari peranan sang ‘Permaisuri’, yang sejatinya sangat besar. Mengalahkan partai politik, parlemen, dan jendral sekalipun. Ini hanyalah sebuah mesteri, yang tidak dapat dimengerti logika akal, terkadang menjadi sangat mistis.

Di zaman lalu. Ada seorang penguasa yang sangat luar biasa kekuasaannya. Tetapi, sang ‘Penguasa’ ini lahir dari trah (keturunan) seorang petani, ketika berkuasa, konon lebih banyak menjalankan keinginan isterinya yang masih trah kraton. Begitu besar pengaruhnya sang isteri itu. Karena, walaupun sang ‘Penguasa ‘ itu memiliki kekuasaan yang luar biasa, dan sangat ditakuti, tetapi di hadapan isterinya dia hanya menunduk. Hal ini disebabkan adanya perbedaan darah dan keturunan (nasab).

Maka, sang isteri itu ikut menentukan segala kebijakan, keputusan, dan pengangkatan pejabat, di level-level yang strategis. Tak heran para calon pejabat yang penting-penting, selalu ‘sowan’ kepada sang isteri ‘Penguasa’, agar mendapatkan restu.
Proyek-proyek yang strategis pun ikut menentukan, siapa yang berhak untuk menangani proyek itu, dan dari sini mula lahirnya kosa kata yang disebut : KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme).

Negara men jadi sebuah oligarki. Di mana segelintir orang yang berkuasa atas nasib rakyat, yang ratusan juta. Sirkulasi kekuasaan hanyalah ada dikalangan elit, semuanya yang berjalan adalah mekanisme dengan KKN. Tak ada yang terbuka atau transparan. Dan tetap berjalan sampai hari. Tak terkecuali di era reformasi, yang sudah mengumandangkan paradigma baru dengan jargon : Demokrasi.
Tak heran di masa lalu ada seorang ‘First Lady’, yang mendapatkan julukan sebagai, ‘Madame Ten Percents’. Karena sang ‘Nyonya’ mendapatkan upeti 10 persen dari proyek-proyek yang besar dari para konglomerat, pengusaha besar, yang sudah menjadi kroni kekuasaan, yang menggurita itu.

Dari sini betapa kekuasaan itu, juga tak dapat lepas dari peranan perempuan. Sang ‘Penguasa’ yang setiap hari tidur dalam satu ranjang dengan isterinya, dan isterinya penuh dengan ambisi dan ego, pasti akan menyebabkan sang ‘Penguasa’, hanyalah menjadi pengikutnya. Apalagi, jika sang ‘Penguasa’ itu trahnya lebih rendah dibandingkan dengan isterinya yang mempunyai trah yang lebih tinggi, keturunan kraton, jendral, dan embel-embel lainnya, sementara sang ‘Penguasa’ itu lahir dari keluarga ibu-bapa, yang biasa-biasa saja, maka akan lebih tunduk.
Kalau ada yang bilang perempuan itu makhluk lemah, di zaman modern ini, perlu di revisi, sekalipun ini menyalahi kodrat. Di Mesir kuno, pernah ada perempuan yang bernama ‘Cleoprata’, yang mempunyai kekuasaan yang demikian hebat. Saking ambisinya dengan kekuasaan, dia bersedia di zinahi oleh penguasa dari Eropa untuk mendapatkan kekuasaan. Itulah perempuan.

Apakah nasib Indonesia juga akan lebih banyak ditentukan oleh perempuan? Sekarang, undang-undang partai politik, mewajibkan setiap partai politik menyediakan 30 persen kadernya untuk duduk di pos-pos politik. Inilah sebuah kehidupan baru. Wallahu’alam.

Rabu, 28 April 2010

Fenomena Negeri Ini "Cowboys in Paradise"

Oleh : Sekjen Permadani

Sungguh miris hati ini kalau melihat fenomena di negeri ini. Masalah demi masalah seolah datang silih berganti bagai tamu pengantin saja. Apakah ini merupakan sebuah ujian, teguran, atau jangan-jangan azab dari Allah? Astagfirullahal 'adzim...

Jadi teringat pesan guru ngaji saya sewaktu diskusi. Negeri ini tidak akan berhenti dari bencana atau masalah-masalah yang ada bila negeri masih berpedoman pada pancasila. Kenapa bisa begitu? Coba kita renungi sejenak, Pancasila itu siapa yang buat? Manusia bukan. Sedangkan Al-Qur'an dari siapa? Pasti anda semua akan sepakat menjawab Allah SWT. Dari sini saja kita sudah bisa menyimpulkan adanya penyimpangan yang terjadi di Negeri ini, tapi masih sedikit yang peka terhadap hal ini. Allah sudah memberikan petunjuk-Nya lewat Al-Qur'an. Bahkan dalam Al-Qur'an juga ada aturan-aturan yang mengatur segala yang ada dimuka bumi, tapi mengapa manusia masih saja membuat aturan sendiri yang seolah lebih benar dan pas buat Negeri ini dibandingkan aturan yang sudah dibuat oleh Allah dalam Al-Qur'an. Berarti bisa jadi kita menganggap aturan Allah tidak benar/kurang pas bila diterapkan di Negeri ini? Itulah dangkalnya ilmu kita, sok tau.
Astagfirullahal 'adzim, mengutip firman Allah Q.S An-Nisa : 150-151

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan : "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir),"

"Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan".

Dari ayat diatas dijelaskan orang yang berada di tengah (iman dan kafir) ayat berikutnya Allah menegaskan merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.

Coba sahabat hubungkan ayat tersebut dengan fenomena yang terjadi di Negeri kita saat ini. Di Negeri kita mayoritas islam, bahkan di mata dunia negeri kita ini penduduk terbanyak yang pemeluknya islam dibandingkan dengan arab yang semua islam. Bisa jadi ujian dan masalah yang selama ini menimpa Negeri ini karena kita berada di jalan tengah (iman dan kafir). Naudzubillah Mindzalik

Selasa, 27 April 2010

Tangisan Seorang Pemimpin Yang Takut Pada Alloh

MediaMuslim.Info - UMAR bin ABDUL AZIZ, Dia seorang hafizh, mujtahid, sangat mendalam ilmunya, zuhud,ahli ibadah dan sosok pemimpin kaum Muslimin yang sejati. Dia juga disebut Abu Hafsh,dari suku Quraisy,Bani Umayyah.

Istrinya, Fathimah pernah berkata, “ Dikalangan kaum laki-laki memang ada yang shalat dan puasanya lebih banyak dari Umar. Tetapi aku tidak melihat seorangpun yang lebih banyak ketakutannya kepada Allah daripada Umar, jika masuk rumah ia langsung menuju tempat shalatnya, bersimpuh dan menangis sambil berdoa kepada Alloh hingga tertidur. Kemudian dia bangun dan berbuat seperti itu sepanjang malam.”
Takkala menyampaikan khutbah terakhirnya, Umar bin Abdul Aziz naik keatas mimbar, memuji Alloh, lalu berkata, “ Sesungguhnya ditanganmu kini tergenggam harta orang-orang yang binasa. Orang-orang yang hidup pada generasi mendatang akan meninggalkannya , seperti yang telah dilakukan oleh generasi yang terdahulu. Tidakkah kamu ketahui bahwa siang dan malam kamu sekalian mengarak jasad yang siap menghadap Allah, lalu kamu membujurkannya di dalam rekahan bumi, tanpa tikar tanpa bantal, lalu kamu menimbunnya dalam kegelapan bumi ?. Jasad itu telah meninggalkan harta dan kekasih-kekasihnya. Dia terbujur dikolong bumi, siap menghadap hisab. Dia tak mampu berbuat apa-apa menghadapi keadaan sekitarnya dan tidak lagi membutuhkan semua yang ditinggalkannnya. Demi Allah, kusampaikanhal ini kepadamu sekalian, karena aku tidak tahu apa yang terbatik didalam hati seorang seperti yang kuketahui pada diriku sendiri “

Selanjutnya Umar bin Abdul Aziz menarik ujung bajunya, menyeka air mata, lalu turun dari mimbar. Sejak itu dia tidak keluar rumah lagi kecuali setelah jasadnya sudah membeku.

Diriwayatkan dari Abdus-Salam, mantan budak Maslamah bin Abdul Malik, dia berkata: “ Umar bin Abdul Aziz pernah menangis, melihat ia menangis, istrinya dan semua anggota keluarganya pun ikut menangis, padahal mereka tidak tahu persis apa pasalnya mereka ikut-ikutan menangis”.

Setelah suasana reda, Fathimah, istrinya bertanya: “Demi ayahku sebagai jaminan, wahai Amirul Mukminin, apa yang membuat engkau menangis? “ .Umar bin Abdul aziz menjawab, “ Wahai fathimah, aku ingat akan persimpangan jalan manusia takkala berada di hadapan Alloh, bagaimana sebagian diantara mereka berada di sorga dan sebagian lain berada di neraka

Kalau kita renungi dari kisah diatas. Sudahkah kita menjadi pemimpin seperti Umar bin Abdul Aziz? Atau jangan-jangan kita masih jauh sekali dari beliau? Melihat fenomena yang terjadi sekarang ini di negeri kita tercinta, banyak para artis berbondong-bondong mencalonkan diri jadi bupati, walikota, gubernur bahkan presiden. Apakah kita tidak memahami hadist rosul yang Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : ‘Apabila amanat telah disia-siakan, maka tunggulah kedatangan hari kiamat.’ Abu Hurairah bertanya, Bagaimana menyia-nyiakannya itu, wahai Rasulullah ?. Beliau menjawab. Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah datangnya hari kiamat”. Semoga Allah mengampuni segala dosa kita, kedua orang tua kita, semua muslim mislimat, dan para pemimpim kita. Amin

Minggu, 25 April 2010

Renungan Surat Ash-Shaff Bagi Aktivis Dakwah

Oleh: Tim dakwatuna.com
As-Shaff yang bermakna barisan adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang patut menjadi bahan renungan bagi para da’i. Surat ini merupakan Ma’alim fii at-Thoriiq (petunjuk jalan) bagi aktivis dakwah. Surat ini walaupun pendek tetapi mencakup semua yang dibutuhkan para da’i dari aqidah, akhlak, sejarah, ukhuwah, obyek dakwah, sampai pada puncak ajaran Islam, yaitu Jihad di jalan Allah. Sehingga para kader wajib menghafalnya, mentadaburinya secara berulang-ulang dan mengamalkannya dalam aktivitas dakwah mereka.
Nama surat biasanya menjadi tema sentral dari substansi surat tersebut, demikian juga surat As-Shaff. Shaff adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan dalam dakwah, jihad
dan pergerakan Islam. Bahkan kesatuan shaff adalah persyaratan mutlak bagi kemenangan pergerakan dan dakwah Islam. Tanpa adanya kesatuan shaff, maka akan menimbulkan dampak langsung bagi kekalahan dan kegagalan dakwah dan perjuangan. Kisah perang Uhud merupakan salah satu bukti dari kekalahan perang disebabkan shaff yang berantakan, padahal sebelumnya sudah berada diambang kemenangan.
Namun demikian kesatuan shaff merupakan proses panjang dari realisasi aktivis dakwah terhadap nilai-nilai Islam. Kekuatan dan kekokohan shaff apalagi digambarkan Al-Qur’an sebagai kal-bunyaan al-marsuus (seperti bangunan yang kokoh) sangat terkait dengan nilai yang paling fundamental dari aktivis harakoh yaitu aqidah, ukhuwah dan fikrah Islam. Tanpa ada kekuatan aqidah, ukhuwah dan pemahaman yang mendalam terhadap fikrah Islam, maka mustahil kesatuan dan kekokohan shaff yang digambarkan Al-Qur’an dapat tercapai. Maka marilah kita merenungi apakah shaff dakwah kita sudah kokoh ? Apakah shaff Partai kita sudah bersatu dan kuat kal-bunyaan al-marsuus ?
Dan jika kita melihat realitas Partai Dakwah sekarang, maka sesungguhnya kita sangat membutuhkan pemimpin, figur dan tokoh Dakwah yang dapat mengokohkan shaff dan ukhuwah itu. Karena kesatuan shaff dan kekuatan ukhuwah adalah sesuatu yang paling prinsip dan mendasar dalam dakwah ini. Kita sangat membutuhkan pemimpin teladan yang dapat menjadi panutan para aktivis dakwah lainnya. Kita membutuhkan pemimpin yang zuhud yang dapat membebaskan dirinya dari fitnah harta dan jabatan.

Perjalanan dakwah masih panjang dan ujian dakwah sudah menghadang ditengah kita. Terkadang para da’i berhasil menghadapi ujian kesulitan dan penderitaan, tetapi tidak berhasil menghadapi ujian kemudahan dan kelezatan dunia, baik harta, wanita maupun jabatan. Dan demikianlah yang pernah diungkapkan oleh generasi terdahulu kita: Ubtuliina bid-dhorraa fashabarnaa ubtuliinaa bis-sharraa falam nashbir (kami diuji dengan kesulitan, maka kami bersabar, kami diuji dengan kemudahan tetapi kami tidak sabar). Oleh karenanya, hanya aktivis dakwah yang ikhlaslah yang dapat berhasil keluar dari ujian dan fitnah dalam dakwah tersebut
Surat As-Shaff memberikan Ma’alim fii at-Thariiq bagi para da’i agar tidak menyimpang dalam dakwahnya dan agar tetap teguh dalam shaff yang rapi dan kokoh walaupun ujian, fitnah dan cobaan dalam dakwah dating menghadangnya. Dan marilah kita renungi satu-persatu ayat-ayat dalam surat tersebut.

Tasbih kepada Allah (At-Tasbiih Lillah)
1. Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Seluruh mahluk Allah yang ada di langit dan bumi melantunkan tasbih kepada Allah SWT. Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana. Mereka bertasbih dengan bahasanya masing-masing. Maka manusia sebagai mahluk Allah yang paling sempurna lebih layak untuk bertasbih. Dan para da’i yang senantiasa mengajak manusia agar beribadah dan menyembah Allah lebih layak lagi untuk bertasbih, mensucikan dan mengagungkan Allah SWT. Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaha illallahu Allahu Akbar. Kehidupan para da’i adalah kehidupan tasbih, dzikir dan do’a. Kehidupan aktivis dakwah adalah kehidupan shalat, tilawah Al-Qur’an dan menyembah Allah SWT.
Modal utama yang harus dimiliki oleh aktivis harakah adalah quwwatus shilah billah (kekuatan hubungan dengan Allah). Tanpa modal itu, maka percuma menjadi kader dakwah dan tidak akan berhasil menjadi kader dakwah. Karena perjalanan dakwah adalah perjalanan yang sulit, berliku, banyak rintangan dan panjang. Dan itu tidak akan dapat dilampui, kecuali aktivis dakwah yang memiliki quwwatus shilah billah. Pelajaran inilah yang kita dapatkan dari turunnya surat Al-Muzammil yang mengiringi tugas berat Rasul saw. mendakwahi kaumnya. Surat Al-Muzzamil mengajarkan kepada para da’i pentingnya membangun quwwatus shilah billah dengan sholat malam dan tilawatul Qur’an.

Kejujuran dalam Berkata (Shidqul Kalam)
2. Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?

3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.

Allah SWT. menegur keras orang beriman dan aktivis dakwah yang mengatakan apa yang tidak diperbuat, bahkan Allah SWT. Sangat membencinya. Karena aktivitas yang dominan dilakukan para da’i adalah dakwah yang banyak menggunakan ucapan. Sehingga ucapan itu harus diselaraskan dengan perbuatan. Karena ucapan yang tidak sesuai dengan perbuatan dan kenyataan adalah dusta yang merupakan sifat munafik. Sehingga kejujuran adalah modal utama berikutnya bagi para da’i.

Dan kejujuran harus dilakukan para da’i dalam dakwahnya. Jujur dalam menyampaikan risalah Islam, jujur dalam bersikap dan jujur dalam berkata-kata. Salah satu ajaran Islam yang terpenting adalah jihad dan berperang melawan musuh Allah. Tetapi kita menyaksikan banyak para penceramah yang sudah dikenal oleh orang banyak dengan sebutan ustadz atau kyai dan sebutan lainnya tidak jujur dalam menyampaikan Islam. Mereka tidak berani menyampaikan jihad, dan kalaupun menyampaikan kata
jihad, maka dibatasinya dalam ruang lingkup yang sempit, yaitu jihad melawan hawa nafsu. Atau semua bentuk jihad disebutkan, kecuali jihad dalam memerangi musuh Allah, baik musuh Allah itu Yahudi, Kristen maupun orang kafir lainnya.
Kejujuran dalam berkata dan bersikap merupakan keharusan bagi setiap muslim apalagi para kader dan pemimpin dakwah yang menyampaikan nilai-nilai Islam. Para kader dakwah tidak boleh memiliki standar
ganda dalam perkataan dan sikap. Karena standar ganda akan merusak barisan dakwah dan menggagalkan perjuangannya. Syuro’ yang dilakukan Rasulullah saw. sebelum perang Uhud merupakan sikap kejujuran yang paling baik yang terjadi pada diri Rasul dan sahabatnya. Ketika terjadi musyawarah sebagian besar sahabat menghendaki peperangan dilakukan di luar Madinah, sementara Rasulullah saw. Cenderung peperangan dilakukan di Madinah. Pendapat Rasul diikuti sahabat lain, tetapi mayoritas sahabat terutama para pemuda yang belum ikut perang Badar menghendaki perang dilakukan diluar Madinah. Akhirnya, Rasulullah saw. mengikuti pendapat mayoritas dan perang dilakukan diluar Madinah. Dan Rasulullah saw. memimpin langsung perang tersebut. Demikianlah, kejujuran adalah bagian dari prinsip bagi kader dan pemimpin dakwah dalam aktivitas dakwahnya.
Perang di Jalan Allah dalam Satu Barisan yang Kuat (Al-Qitaal fii Sabilillah Shaffan)
4. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Kehidupan di dunia sejatinya merupakan peperangan antara kebenaran dan kebatilan. Perang antara para pengikut kebenaran dan pengikut kebatilan semenjak mulai nabi Adam as versus Iblis la’natullah. Inilah logika dan aqidah yang harus melandasi para da’i dalam berdakwah. Dan puncak peperangan adalah perang fisik dan perang peradaban. Peradaban Materialisme dan Peradaban Islam akan terus menerus bersaing dan berperang untuk meraih kemenangan. Peradaban Materialisme di komandani
oleh penguasa kafir dan diktator dari dahulu sampai akhir zaman. Mereka adalah Namrud, Firaun, Qorun, Abu Jahal, Abu Lahab, Lenin, Stalin, Hitler, Goerge Bush dan anaknya Goerge Walker Bush, Ariel
Saron dll. Sedangkan peradaban Islam dipimpin oleh para nabi as sampai nabi terakhir nabi Muhammad saw. Khulafaur Rasyidin, dan para ulama yang tegak membawa panji kebenaran.
Perang fisik memang jalan terakhir jika orang-orang kafir tidak mempan dengan logika dan fikiran. Karena Islam, sesuai dengan namanya adalah agama cinta damai dan mengutamakan perdamaian. Perang fisik bukanlah tujuan, tetapi sarana agar orang hanya tunduk kepada kebenaran dan
agar tidak ada lagi fitnah yang disebarkan musuh-musuh Allah. Islam menghendaki tidak ada kerusakan dan kezhaliman di muka bumi. Dan para da’i bertugas untuk mengajak manusia agar mereka tunduk kepada kebenaran, tidak melakukan kezhaliman dan kerusakan.
Pada saat jalan lain buntu, tujuan perdamaian tidak tercapai dan manusia tidak merasa aman, maka perang fisik adalah sarana yang paling ampuh untuk menegakkan keamanan dan perdamaian tersebut. Allah SWT. berfirman, artinya:” Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mu’min (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan
amat keras siksaan (Nya)” (QS An-Nisaa’ 84).
Mengambil Pelajaran dari Dakwah Para Rasul as. (Akhdzul ibroh min Da’watir Rusul)
5. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada member petunjuk kepada kaum yang fasik.
6. Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”.
Para Rasul yang besar adalah Rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi, mereka adalah nabi Nuh as., nabi Ibrahim as., nabi Musa as., nabi Isa as., dan nabi Muhammad saw. Dan dalam surat ini menceritakan dua nabi besar yang pengikutnya paling besar setelah nabi Muhammad saw. Dan peradaban umat manusia terbesar sekarang dari ketiga pengikut nabi tersebut, yaitu nabi Musa as. nabi Isa as. dan nabi Muhammad saw. Nabi Musa as. diklaim oleh bangsa Yahudi, walaupun mereka sendiri mengingkari ajaran nabi Musa as. dan kitab sucinya. Sedangkan nabi Isa as diklaim oleh kaum Nashrani (Kristen), walaupun mereka mengingkari ajaran tauhid nabi Isa dan kitabnya. Dan kedua nabi besar tersebut
berasal dari Bani Israil yang sekarang mendominasi masyarakat barat. Sedangkan umat nabi Muhammad saw. adalah umat Islam yang mendiami dunia Islam dan sebagian di wilayah lainnya.
Kedua ayat diatas menceritakan bagaimana keingkaran umat nabi Musa as. dan umat nabi Isa as pada nabinya. Jadi jika nabi dari kaumnya sendiri saja diingkari, apalagi jika datang nabi dari kaum yang lain, yaitu nabi Muhammad dari bangsa Arab. Inilah yang sekarang terjadi, permusuhan dan kebencian Yahudi dan Nashrani kepada Islam dan umat Islam. Dan aqidah inilah yang harus diyakini oleh semua umat Islam. Allah SWT. berfirman, artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS Al-Baqarah 120).
Dan ayat-ayat berikutnya dari surat As-Shaff akan menceritakan bagaimana kebencian dan upaya orang-orang kafir tersebut memusuhi Islam dan umat Islam. Dan bagaimana mereka berupaya semaksimal mungkin memadamkan cahaya Islam tersebut.
Mengetahui Hakekat Orang Kafir (Ma’rifah Haqiqat al-Kuffar)
7. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

8. Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.
9. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.
John Elpostito menawarkan tesis Dialog Peradaban, dan tentu saja teori itu sejalan dengan ruh Islam yang sangat mencintai perdamaian. Namun, mungkinkah Dialog Peradaban tersebut dapat terealisir? Sedangkan Samuel Hutington memiliki tesis tersendiri, yaitu Konflik Peradaban atau Perang Peradaban. Dan nampaknya, tesis inilah yang dekat dengan sifat-sifat orang kafir yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Orang-orang yang menolak Islam adalah orang yang paling zhalim, karena mereka menolak kebenaran.

Lebih jauh dari itu orang-orang kafir berupaya sekuat kemampuan mereka untuk memadamkan cahaya Islam dengan segala potensi, kekayaan dan jiwa mereka. Media masa adalah sarana yang paling efektif yang mereka gunakan untuk memadamkan cahaya kebenaran itu. Televisi mereka gunakan untuk merusak citra Islam, dan mempropaganda agama mereka. Pada saat yang sama mereka mempublikasikan segala bentuk kemusyrikan dan kemaksiatan lewat televisi yang mereka kuasai. Misionaris datang ke dunia Islam bersama para penjajah, menawarkan ‘cinta kasih’ dengan makanan, kesehatan dan bantuan lainnya. Cinta kasih yang berisi racun itu banyak membuat umat Islam yang miskin terbuai dan mengikuti mereka. Maka bertebaranlah gereja dan yayasan sosial milik misionaris
di dunia Islam. Tetapi pengorbanan dan upaya maksimal yang dilakukan orang-orang kafir untuk memadamkan cahaya Islam tidak akan berhasil. Karena agama ini adalah milik Allah dan Allah akan memenangkan agama-Nya walaupun mereka benci.
Pada saat mereka merasa tidak mampu memadamkan cahaya Islam dengan media masa itu, maka mereka menggunakan senjata terakhir, yaitu perang fisik dan pemusnahan umat Islam. Inilah hakekat yang harus diketahui orang-orang beriman dan para da’i. Hakekat ini telah terbukti dengan realitas yang terjadi. Inilah yang terjadi di Palestina, Bosnia, Irak, Afghanistan, Rusia, India, Pilipina, Thailand, Burma, Singapura, Timor Timur, Maluku dll. Di Palestina umat Islam dibantai oleh Yahudi, di Rusia umat Islam dibantai oleh komunis, di Bosnia, Pilipina, Muluku dll umat Islam dibantai Kristen, di India umat Islam dibantai oleh Hindu, di Thailand dan Burma umat Islam dibantai oleh Budha. Demikianlah umat Islam menjadi musuh bersama, hanya karena mereka menyembah Allah. Dan sangat jika Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan bahwa kekafiran adalah satu agama.
Berdagang dengan Allah (At-Tijarah Ma’allah Ta’ala)
10. Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?
11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,
12. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
13. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.

Setelah para da’i mengetahui tentang hakekat orang-orang kafir, kemudian Allah mengajak mereka pada suatu bisnis yang menguntungkan mereka dunia dan akhirat. Karena musuh-musuh Allah hanya dapat
dihadapi dan dikalahkan oleh orang-orang yang siap berbisnis dengan Allah. Namun demikian bisnis ini syaratnya berat, sehingga tidak semua orang beriman mengikutinya. Bisnis ini syaratnya adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Hanya orang yang tahu (berilmu) agama yang mendalamlah yang dapat mengikti bisnis ini. Ilmu yang membuat orang beriman semakin khusu’ dan lebih mengutamakan kehidupan yang mulia dan kehidupan yang kekal di akhirat.

Bisnis ini sangat besar imbalannya, yaitu ampunan dari Allah atas dosa-dosa yang dilakukan, surga Allah yang penuh dengan kenikmatan berupa air yang mengalir, dan rumah-rumah yang indah. Dan tambahan
yang lain berupa pertolongan Allah dalam kehidupan dunia dan kemenangan yang dekat atas musuh-musuhnya. Jihad memang satu-satunya jalan menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Kabar gembira ini diperuntukkan bagi orang-orang beriman, yaitu orang yang tidak tertipu dengan segala fasilitas dunia. Orang beriman tidak mudah tunduk patuh dan loyal kepada orang-orang kafir dan fasik. Orang beriman menjadikan aktivitas politiknya untuk kemenangan Islam dan umatnya, bukan untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Orang beriman adalah orang yang yakin akan hari akhirat dan perjumpaan dengan Allah sehingga berupaya zuhud dari kehidupan dunia dan tidak
membuat istana di dunia. Allah SWT. berfirman, artinya: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan
(yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al-Qashash 83)
Jadilah Penolong Allah (Kunuu Anshrallah)
14. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutny a yang setia: “Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.
Dan puncak dari tawaran Allah adalah tawaran untuk menjadi penolong Allah (Anshorullah) . Maukah kita menjadi tentara Allah ? Maukah kita menjadi penolong Allah ? Padahal sejatinya Allah tidak membutuhkan pertolongan kita. Tetapi inilah bahasa yang sangat indah, bujukan yang sangat halus, ajakan yang tidak ada yang bisa menangkapnya kecuali orang-orang yang beriman dan para da’i yang hatinya hidup serta siap memberikan sesuatu yang terbaik untuk agama Allah. Dan sebagai buahnya
adalah dominasi dan kemenangan Islam serta kejayaan umat Islam. Wallahu A’lam Bishawaab.

Sabtu, 24 April 2010

Hidup Ini Perlu Perencanaan

Oleh : Sekjen Permadani

Kita kadang binggung bila ditanya mau kemana setelah beres sekolah/kuliah? Kebanyakan dari kita menjawab, gimana nanti aja lah. Banyak diantara kita yang dalam hidup ini tidak mempunyai perencanaan, hidup mengalir seperti aliran sungai dari dataran tinggi dan bermuara di dataran rendah.

Sahabatku dimanapun anda berada, bukankah kita di ciptakan Allah di muka bumi ini sebagai makluk yang paling sempurna? Bukankah kita diberikan kelebihan yang luar biasa dibanding ciptaan Allah yang lain berupa akal. Wajar saja kalau binatang aktivitas dalam hidupnya seperti itu-itu saja. Karena mereka diciptakan tidak memiliki akal. Tapi kalau kita yang diciptakan Allah sebagai makluk sempurna menjalani aktivitas di dunia ini seperti ini-ini saja, mau kemana dibawa kemana hidup kita ini? Coba anda tanyakan pada diri anda masing-masing, mau jadi apa anda di dunia ini? Atau jangan-jangan anda binggung untuk menjawab karena tidak tahu mau jadi apa anda? Kalau jawaban anda seperti itu, saya yakin perjalanan hidup anda terasa hampa, karena anda tidak memiliki tujuan dalam hidup ini. Anda pasti binggung ketika menjalani hari-hari, dan hati anda berkata mau melakukan apa ya hari ini? Mau kemana ya hari ini? Beda halnya orang yang memiliki tujuan hidup, mereka menjalani hari-hari dengan pasti dan penuh percaya diri. Mereka selalu menanamkan cita-cita hidupnya dalam setiap aktivitasnya.

Sahabat sekali lagi kita diciptakan di dunia ini sebagai makluk paling sempurna, jadi jangan sia-sia kesempatan yang Allah berikan pada kita. Minimal hujamkan dalam diri agar bisa menjadi makluk Allah yang bermanfaat bagi orang lain. Buatlah suatu karya yang berguna dan bisa memotivasi orang lain untuk lebih baik lagi dari kita.

Mohon maaf kepada para pembaca. Tulisan ini bukan maksud menggurui tapi mari kita mulai dari hal yang kecil agar hidup kita yang singkat ini bisa bermanfaat bagi orang lain, kita buktikan bahwa Allah tidak salah menciptakan kita sebagai manusia di muka bumi ini. Mengutip firman Allah "“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11.

Selagi kita masih diberikan kesempatan, ayo kita bangkit dari keterlenaan yang panjang ini dan bangun menyusun hidup ini dengan penuh keyakinan akan janji-jani-Nya. Allahu Akbar!!!

Ayat Tentang Perintah Untuk Memilih Jalan Hidup di Dunia Ini Seutuhnya

[4:150] Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan : "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir),

[4:151] merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.

Ayat Tentang Perintah Untuk Memilih Jalan Hidup di Dunia Ini Seutuhnya

[4:150] Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan : "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir),

[4:151] merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.

Jumat, 23 April 2010

Menikah, Siapa Takut?

Wulan sedang bingung. Pasalnya pernikahannya hanya tinggal satu pekan lagi. Seluruh persiapan sudah dilakukan, dari mulai mengurus surat nikah, sampai pernak-pernik pesta perkawinan. Tapi ada yang mengganjal dalam pikiran Wulan. Ada rasa khawatir yang tidak ia ketahui sumbernya. Berbagai masukan dari keluarga tentang tata cara dan perlengkapan pesta perkawinan, yang berbeda dari keinginannya juga sering membuat tensi Wulan naik. Belum lagi, pengetahuannya tentang dunia perkawinan masih sangat terbatas sekali, membuatnya semakin nervous menghadapi pernikahan.


Lain lagi dengan Narti. Setelah sekian lama melajang, akhirnya datanglah sang pangeran untuk melamarnya. Sebenarnya Narti sudah membaca banyak buku tentang perkawinan. Ia juga memiliki banyak teman yang sudah menikah dan memiliki anak juga yang membuat ia faham tentang dunia pernikahan dan pernak-perniknya. Tapi ada sesuatu yang membuatnya khawatir, sanggupkah ia menjadi isteri dan ibu yang baik bagi keluarganya. Apakah ia mampu berbagi segala hal dengan suaminya kelak, sedangkan saat ini ia sudah terbiasa mandiri. Mengurus semuanya sendiri. Tiba-tiba ia jadi takut menghadapi pernikahan yang sudah semakin dekat.
Banyak orang yang bingung ketika menghadapi pernikahan. Ada yang sibuk mempersiapkan pernak-pernik pernikahan dan pesta pernikahan, tetapi lupa mempersiapkan ilmu, mental dan spiritual dalam menjalaninya. Meskipun setiap orang tahu bahwa pernikahan adalah ibadah, menggenapkan setengah agama, tetapi karena kesibukan persiapan perlengkapan nikah dan pestanya sering membuat nuansa ibadah dalam pernikahan tersebut terlupakan.


Ada beberapa persiapan yang perlu dihadapi menjelang pernikahan, yaitu persiapan ilmu tentang pernikahan, persiapan mental/psikologis dalam menghadapi pernikahan, persiapan ruhiyyah menjelang pernikahan serta persiapan fisik sebelum menikah.


1. Persiapan Ilmu tentang pernikahan

Hal yang perlu dipersiapkan adalah memperjelas visi pernikahan. Untuk apa kita menikah. Visi yang jelas dan juga sama antara calon suami dan isteri insya Allah akan melanggengkan pernikahan.


Banyak orang yang menikah hanya karena cinta, atau mengikuti tradisi masyarakat. Bisa juga karena malu karena sudah cukup umur tetapi masih belum juga menuju pelaminan. Alasan-alasan seperti ini tidak memiliki akar yang jelas. Bisa juga menjadi sangat rapuh ketika memasuki bahtera rumah tangga, dan akhirnya hancur ketika badai rumah tangga datang menerjang.


Sebagai muslim yang memiliki rujukan hidup yang jelas, tentu kita tahu bahwa menikah itu karena ibadah. Visi pernikahan dalam Islam adalah menimba banyak pahala melalui aktivitas berumah tangga. Menjauhkan diri dan keluarga dari api neraka, dan akhirnya berusaha meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Bila seseorang memiki visi seperti ini insya Allah hari-hari yang dilaluinya setelah menikah akan berusaha dihadapi sesuai dengan hukum-hukum Islam.


Ilmu yang lain yang harus diketahui adalah tentang hukum-hukum pernikahan. Seperti tentang rukun nikah, yaitu mempelai pria dan wanita, dua orang saksi, wali dari pihak perempuan dan ijab kabul. Bila sudah terpenuhi semuanya, insya Allah pernikahan menjadi sah secara agama. Lalu kewajiban memberi mahar sesuai yang diminta oleh pihak wanita. Lalu masalah walimatul ursy (pesta pernikahan). Tradisi-tradisi daerah bukanlah hal yang wajib untuk dilakukan. Bahkan sebisa mungkin dihindari tradisi yang bertentangan dengan aqidah Islam. Lalu juga mempermudah semua proses pernikahan ada;ah lebih utama. Juga menyederhanakan pesta pernikahan, tidak bermewah-mewah lebih baik dalam pandangan Islam.


2. Persiapan mental/psikologis menghadapi pernikahan.

Pernikahan adalah kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dari masa-masa sebelumnya. Dalam pernikahan berkumpul dua pribadi yang berbeda yang berasal dari keluarga yang memiliki kebiasaan yang berbeda. Didalamnya terbuka semua sifat-sifat asli masing-masing. Mempersiapkan diri untuk berlapang dada menghadapi segala kekurangan pasangan adalah hal yang mutlak diperlukan.Begitu juga cara-cara mengkomunikasikan pikiran dan perasan kita dengan baik kepada pasangan juga perlu diperhatikan, agar emosi negatif tidak mewarnai rumah tangga kita.


Di dalam pernikahan juga diperlukan rasa tanggung jawab untuk untuk memenuhi hak dan kewajiban masing-masing. Sehingga setiap anggota keluarga tidak hanya menuntut hak-haknya saja, tetapi berusaha untuk lebih dulu memenuhi kewajibannya.


Pernikahan merupakan perwujudan dari tim kehidupan kita untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu kerja sama, saling mendukung dalam segala hal sangat diperlukan. Termasuk dalam pendidikan anak.


Pernikahan juga merupakan sarana untuk terus menerus belajar tentang kehidupan. Ketika memasuki dunia perkawinan seseorang belajar untuk menjadi bagian dari tim kehidupan. Ketika memiliki anak seseorang belajar untuk mendidik anak dengan cara yang baik. Tidak jarang juga orang tua perlu memaksa diri untuk merubah kebiasaan-kebiasaan buruknya agar tidak ditiru oleh anak. Ketika anak-anak menjelang dewasa orang tua belajar untuk menjadikan anak-anaknya sebagai teman, sebagai bagian dari tim kehidupan yang aktif menggerakkan roda kehidupan, dan seterusnya.


3. Persiapan Ruhiyyah/ spiritual.

Menikah itu ibadah, oleh karena itu seluruh proses yang dilalui dalam pernikahan itu harus dengan nuansa ibadah. Proses sebelum menikah sampai pernikahan itu sendiri juga setelah menikah tidak boleh jauh dari nuansa penghambaan diri kepada Allah.


Sebelum menikah peningkatan kualitas diri dan kualitas ibadah mutlak diperlukan. Berdoa kepada Allah untuk mendapatkan suami yang sholih dan anak-anak yang akan menjadi penyejuk mata. Bergaul dengan orang-orang yang sholih yang dapat menjaga dien kita juga perlu dilakukan. Membaca buku-buku tentang keutamaan pernikahan juga perlu dilakukan untuk menguatkan niat kita dalam menikah.


Ketika pinangan datang, ibadah semakin dikencangkan. Terus memohon kepada Allah untuk mendapatkan yang terbaik sebagai pasangan kita. Saat ini, perlu juga kita membersihkan hati agar niat ibadah dalam pernikahan ini tidak menyimpang. Juga menjaga kesucian hubungan kita dengan calon suami sampai datangnya waktu pernikahan sangat diperlukan, agar tidak terjatuh dalam godaan setan.


Masa-masa antara meminang dan pernikahan ini sebaiknya dipersingkat agar kebersihan niat dan hubungan kedua insan bisa terjaga.


4. Persiapan Fisik

Yang terakhir yang tidak kalah penting dalah mempersiapkan tubuh kita untuk memasuki dunia pernikahan. Mengetahui alat-alat reproduksi wanita dan cara kerjanya sangat penting bagi kita. Memeriksa kesehatan alat-alat reproduksi juga penting agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan setelah menikah.


Selain itu juga kita harus mengetahui tentang seks yang sehat. Banyak ornag yang sudah menikah tapi tidak tahu bagaimana berhubungan seks dengan sehat dan menyenangkan bagi masing-masing pasangan. Hal ini penting karena merupakan bagian dari kunci kebahagiaan dalam berumah tangga.

Perhiasan Dunia

Oleh Dessy Lusinah Wati
diambil dari eramuslim.com


Orang tua mana yang tak akan senang bila memiliki anak yang penurut dan mampu mengerti kewajiban-kewajibannya baik sebagai seorang anak maupun hamba Allah. Betapa syukur itu tentunya tidak akan berhenti untuk terus didendangkan atas karunia-Nya.

Hari ini saya merasakan hati ini gelisah ingin berbagi rindu bersama orang-orang tercinta di rumah. Hanya melalui telpon perasaan saya bisa tersalurkan. Mendengar semua cerita keluarga yang sangat beragam dari yang sedih maupun yang bisa membuat kami tertawa bersama. Walau via audio saja, namun bahasa mereka mampu membuat saya terhipnotis dan seperti menyaksikan sendiri kejadian demi kejadian di sana.
Kali ini kakak saya sedang bangga-bangganya terhadap anak bungsunya yang masih berumur 10 tahun. Seorang anak laki-laki. Kakak mengisahkan kalau anaknya itu sejak berumur 6 tahun sudah mampu menjalankan puasa sebagaimana layaknya puasanya orang dewasa. Dari tahun pertama dia berpuasa, kakak menghitung batalnya hanya 3 hari, itu berarti dia mampu puasa 27 hari di tahun itu. Menginjak tahun kedua ternyata “liburnya” bertambah jadi 5 hari, alasannya kali ini karena kebetulan sakit. Lalu tahun ketiga alhamdulillah, hanya sempat batal 1 hari.

Cerita tahun lalu itulah yang membuat kami sempat tertawa agak lama. Pasalnya keponakan saya itu puasanya batal hanya karena melihat iklan ice cream di televisi yang kebetulan diputarnya untuk mengalihkan perasaan haus dan laparnya saat itu. Alih-alih ingin pertahankan puasa malah semakin tidak tahan goda karena iklan tersebut. Jadilah dia berlari ke dapur dan dengan tanpa dosa sedikitpun mengambil ice cup yang tersisa di sana. Ibunya kaget saat itu. “Lho kok sudah berbuka nak?“ Keponakan saya malah menjawab dengan polosnya “Bu, tadi waktu saur saya lupa menghabiskannya. Khan nanti mubazir bu kalau tidak dimakan. Menunggu buka nanti esnya sudah lumer khan bu?” masih dengan mimik menggemaskan khasnya anak-anak. Spontan saja kakak saya tertawa mendengarnya. Sejak saat itu kakak saya belajar untuk lebih teliti lagi memilih tayangan televisi maupun menaruh makanan yang sekiranya bisa menggoda keponakan saya yang masih terus belajar berpuasa.

Tahun ini motivasi kakak saya ke anaknya cukup jitu juga. Kebetulan di tempat kakak tinggal adatnya orang yang mempunyai anak laki-laki akan melakukan khitan setelah anak-anaknya berusia sekitar 12 tahun. Tapi tidak semua begitu, hanya saja umumnya kebanyakan keluarga seperti itu. Alasannya karena anak sudah besar dan bisa merawat dirinya, jadi bila khitanan dilakukan diharapkan tidak akan terlalu merepotkan orang tuanya untuk merawat pasca khitan nantinya. Dan memang sudah beberapa kali keponakan saya ini merengek ke ibunya minta untuk menyegerakan khitanan baginya, namun karena terbentur dengan hal-hal emergency lain akhirnya masih tertunda sampai sekarang. Dan dengan ide khitan tersebut, kakak saya semakin memanfaatkannya untuk membakar semangat ibadah anaknya. Dengan syarat puasanya tidak ada yang “bolong” tentunya dan ngajinya terselesaikan. Ternyata tantangan tersebut diterima dengan senang hati oleh keponakan saya. Bagai pucuk dicinta ulam pun tiba, mungkin begitulah peribahasa yang tepat demi mendengar kabar tersebut. Semakin rajin shalatnya dan menjadi orang yang paling awal bangun sahurnya.

Pernah karena kakak saya kelelahan sehingga telat bangun sahur dan keponakan saya itu protes ke ibunya. Karena dia begitu khawatir waktu sahur yang tersisa tinggal beberapa menit lagi sedangkan ibunya belum selesai memasak makanan. Logika dia nanti bisa-bisa batal sahur karena tidak ada makanan, padahal untuk urusan sepele seperti itu tentu ibunya yang sudah bertahun-tahun menjalani kehidupan rumah tangga punya trik sendiri untuk mengatasinya. Tepat waktu kurang 20 menit makanan pun terhidang dan keponakan saya itu langsung menyerbu saja bagaikan dikejar-kejar bom waktu. Panik sendiri meskipun orang tuanya sudah menasehatinya. Memang manusia sering begitu. Ketika ada maunya begitu rajin ibadahnya, giliran keinginan kesampaian merasa kendur lagi semangatnya. Astaghfirullahal ‘adzim.

Akhirnya pembincaraan kami pun terhenti saat keponakan saya itu sudah mulai rewel meminta ibunya untuk menemani belajar menggambar siang itu.

Subhaannallah.. saya jadi iri dengan kehidupan kakak yang insya Allah sakinah bersama keluarganya. Ingin mencontoh dan segera menyempurnakan setengah dien saya setelah kewajiban saya di sini tertuntaskan. Membayangkan betapa bahagianya bila semua perhiasan dunia itu mampu mengantarkan kita menuju jannahNya. Subhaannallahil ‘adzim. Walaa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'aziim.

Minggu, 18 April 2010

Hati yang Penuh Syukur

Alkisah, di sebuah senja kelabu di pinggiran kota kecil Taiwan, tampak seorang laki-laki sedang berjalan pulang ke rumah dari tempat kerjanya sebagai supir taksi. Tiba-tiba, perhatiannya tertuju pada gerakan rumput dan suara gemerisik di sela-sela bebatuan di tepi jalan.

Segera, dihampiri dengan perasaan sedikit was was. Seketika, matanya terbelalak kaget melihat bungkusan berisi bayi merah yang tergeletak di situ. Setelah melihat di sekeliling tempat itu yang tampak sepi-sepi saja, segera diangkat bungkusan bayi itu dengan hati-hati dan dengan tergopoh-gopoh dibawa pulang ke rumahnya.

Setelah terkaget-kaget mendengar cerita dan melihat temuan suaminya, si istri segera mengambil alih menggendong si bayi dengan perasaan sayang. Mereka adalah sepasang suami istri, yang telah lama mendambakan kehadiran anak di tengah keluarga. Bayi yang masih merah itu terasa seperti pemberian Yang Maha Kuasa kepada keluarga mereka.

Waktu terus berjalan. Selang kira-kira usia dua tahun, karena merasa ada yang janggal dengan kemampuan berbicara dan reaksi pendengarannya yang sangat lambat, kedua orangtua itu membawa anaknya ke rumah sakit. Kecurigaan mereka pun terjawab, anak tersebut memang cacat sejak lahir, yaitu bisu-tuli. Walaupun sempat terpukul sesaat, namun perasaan sayang yang telah terpupuk selama ini, membuat mereka memutuskan untuk tetap memelihara dan membesarkan si kecil yang sedang lucu-lucunya.

Tahun pun dengan cepat berganti. Walaupun cacat, si gadis kecil adalah anak yang cerdas dan mendapat pendidikan yang baik di sekolah luarbiasa hingga mampu lulus SMA. Setelah lulus, melalui tes dia diterima masuk untuk bidang seni di perguruan tinggi kota besar.

Perasaan gembira dan sedih pun silih berganti. Gembira karena diterimanya si anak ke universitas terkenal, sedih harus berpisah jauh dan dibutuhkan biaya yang besar untuk itu.

Demi mewujudkan impian anaknya, kedua orangtua itu bertekad untuk berhemat dan bekerja mati-matian. Sejak saat itu, si ayah bekerja sangat keras, hampir setiap hari pulang ke rumah hingga larut malam.

Namun...hidup memang sering tidak sesuai dengan rencana manusia. Di saat kuliah memasuki tahun ke-2, suatu malam si ayah pergi dan tidak pernah kembali. Taksi yang dikendarainya bertabrakan dan nyawanya tidak terselamatkan.

Si anak tahu, betapa berat beban biaya yang harus dipikul ibunya dan dia memutuskan untuk berhenti kuliah, pulang dan bekerja serta menemani ibunya di rumah.

Mengetahui itu, si ibu sangat tersentuh dengan pengertian anaknya. Tetapi, ia menegaskan,
"Ibu tahu kesedihanmu, Nak. Ibu juga sangat kehilangan ayahmu. Tetapi kamu tidak boleh berhenti kuliah. Belajarlah yang benar! Selesaikan kuliahmu secepatnya dan ibu tunggu kepulanganmu dengan ijazah di tangan. Dan setiap bulan, ibu akan berusaha mengirimkan uang untuk biaya kuliahmu di sana. Ingat, jangan berpikir pulang sebelum kuliahmu selesai. Jika kamu gagal, ibu dan ayahmu di alam sana pasti kecewa karena kerja keras dan pengorbanan kami selama ini akan sia-sia."

Waktu terus berjalan. Selesai wisuda, dengan bangga dan kegembiraan yang meluap serta kerinduan yang sangat, si anak segera pulang ke desanya.

Setiba di rumah, dia mengetuk berulangkali pintu rumahnya yang tertutup rapat. Dan sungguh tidak pernah diduga sama sekali, pertemuan dengan tetangganya ternyata membuat hatinya lumpuh seketika.

"Nak, ibumu setahun lalu telah meningal dunia. Maafkan kami tidak memberitahu karena ibumu meminta kami bersumpah untuk merahasiakannya. Semua sisa uang tabungan ibumu dititipkan ke kami untuk dikirimkan kepadamu setiap bulan dan dia pun meminta kami membalaskan surat-suratmu. Masih ada satu rahasia besar yang sebenarnya ayah ibumu sembunyikan darimu. Bahwa kamu sesungguhnya bukan anak kandung mereka. Walaupun kamu cacat dari bayi, mereka tidak peduli. Mereka tetap menyayangimu melebihi anak kandung sendiri."

Mendengar semua cerita tentang dirinya, duka yang mendalam tidak mampu diwujudkan dalam teriakan histeris. Hanya derasnya airmata yang mengalir tak terbendung.

Di depan makam kedua orangtuanya, sambil bersimbah air mata, si gadis bersujud dan mendoakan kebahagiaan orangtuanya.

Kisah ini saya peroleh dari kiriman temen saya yang kirim via email.

Semoga kisah ini dapat mengilhami kita untuk senantiasa bersyukur atas hidup yang kita jalani. Singkatnya, apa pun keadaan kita, apa pun kesedihan atau penderitaan yang tengah kita alami, bersyukurlah! Hanya orang yang mampu bersyukur, adalah orang yang kaya dalam arti kata sebenarnya. Setuju kan?


Selasa, 02 Februari 2010

Menu kafe Permadani Bulan Ini

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Apa kabar sahabat-sahabat Permadani dimanapun berada? Semoga Allah SWT tetap melimpahkan rahmat dan nikmatnya kepada kita semua. Amiin...

Sahabat Permadani yang kucintai karena Allah SWT mari bulan ini kita jadikan ajang belajar tentang keikhlasan dan kesabaran. Dua kata tersebut memang mudah untuk di ucapkan tapi kenapa begitu susah pengaplikasiannya?

Maka dari itu kita coba belajar untuk menjadi hamba-hamba Allah SWT yang ikhlas dan sabar baik ketika senang ataupun susah.

Khusus bulan ini kafe Permadani menyajikan menu "IKHLAS" dan "SABAR". Menu kafe Permadani "IKHLAS" Insya Allah akan dibahas pada hari Sabtu, 6 Februari 2010. Sedangkan Menu kafe Permadani "SABAR" Insya Allah akan dibahas 2 pekan setelah pembahasan menu pertama pada hari Sabtu, 20 Februari 2010.

Kafe Permadani akan buka pada jam 15.00 s.d Selesai. Tempat di Masjid Ar-Rahman.

Semoga bermanfaat, di tunggu kehadirannya di kafe Permadani. Jazakallah Khorion Katsir..

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.


Tiga Ciri Orang Ikhlas

Oleh: Mochamad Bugi

Jika ada kader dakwah merasakan kekeringan ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad, perselisihan, friksi, dan perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti ada masalah besar dalam tubuh mereka. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Butuh solusi tepat dan segera.

Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi). Imam Al-Ghazali pernah ditanya, “Apa mungkin para ulama (para dai) saling berselisih?” Ia menjawab,” Mereka akan berselisih jika masuk pada kepentingan dunia.”

Karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan dari pengobatan fisik. Hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan. Dan obat hati yang paling mujarab hanya ada dalam satu kata ini: ikhlas.
Kedudukan Ikhlas

Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”

Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”

Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.

Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

Makna Ikhlas

Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.

Buruknya Riya

Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).

Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)

Ciri Orang Yang Ikhlas

Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:

1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”

Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.

Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”

2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)

Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.

3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.

Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.