Jumat, 26 November 2010

Perjalanan Dakwah Ini

By : Sekjen Permadani

Sahabatku semua apa kabar antum disana? (dikampung halaman, kota perantauan) hanya doa yang bisa aku kirimkan kepada antum semua semoga dimanapun antum berapa ikatan ukhuwah ini tidak akan terputus seperti jarak kita yang terputus ruang dan tempat. Tidak terputusnya kampung halaman dan kota perantauan bagai bandung sragen yang dibelah dengan kota-kota. Semuanya itu merupakan keindahan yang Allah berikan untuk mewarnai jalan dakwah ini.

Tak terasa perjalanan dakwah ini (permadani) sudah menginjak umur hampir 2 tahun. Bagaikan seorang bayi yang dari umur 1 tahun dia hanya bisa merengek dengan tangisan tiap meminta sesuatu kepada kedua orangtuanya. Hanya minum Air Susu Ibu dan berbekal kemanjaanlah dari kedua orangtuanya si bayi memperoleh kebahagian. Saat sang bayi menginjak umur 2 tahun sang ayar meminta sang ibu untuk mulai menanggalkan ASI-nya kepada si bayi karena sang ayah merasa si bayi sudah saatnya makan asam manis (sayur bayam dan teh manis sebagai pengganti Air Susu Ibu) walau dengan berat hati sang ibu berat dan coba memohon pada sang ayah agar si bayi tetap diberikan ASI olehnya karena saking cintanya sang ibu terhadap si bayi.

Hari pertama ketika sang ibu mulai tidak memberikan ASI-nya kepada si bayi, bayipun menangis dalam hati berkata (tidak seperti biasanya tiap bangun tidur si bayi sudah mendapatkan ASI, tapi kenapa pagi ini tidak lagi?) sang ibu pun tak kuasa mendengar tangisan buah hatinya dan mendekat hendak memberikan ASI-nya. Tapi ketika sang ayah melihatnya, sang ayah langsung melarang sang ibu. Ibu pun menangis dan mencoba menjelaskan ketidak tegaannya melihat sang buah hatinya menangis. Dengan kebijakannya sang ayah menjelaskan kepada sang istri tercinta bahwa sejujurnya sang ayah tidak tega melihat sang buah hati menangis seperti itu, tapi semua ini hanya sebuah pembelajaran kepada sang buah hati bahwa sudah saatnya si bayi merasakan asam manis perjalanannya di dunia ini.

Kisah diatas hanya sebuah perumpamaan bahwa perjalanan dakwah ini (permadani) sudah menginjak umur yang dimana bukan saatnya lagi kita bersantai ria hanya menunggu perintah tanpa adanya inisiatif. Bukan saatnya bermanja tanpa adanya kemandirian. Bukan saatnya menunggu tapi menjemput.

Sahabat bukan saat lagi kita bersantai ria. Sudah cukup waktu selama ini untuk bersantai dan belajar. Saatnya kita berdiri tegak, kuatkan kaki sebagai penopang badan dan bersiap-siap tuk berlari kencang atau kelumpuhan kaki yang memberhentikan kita disini dan menjadikan kita penonton dalam perjalanan dakwah ini. Allahu Akbar!!!

1 komentar: