Senin, 24 Mei 2010

Cahaya Langit: Rezeki Rumah Miring

Posted by: "bobby herwibowo" bobby_hero77@yahoo.com bobby_hero77
Thu May 20, 2010 7:11 am (PDT)


“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” (QS Nuh [71] : 13)


Seorang ibu yang mengaku bernama Dessy datang menghampiri saya usai sebuah pertemuan. “Boleh berbicara sebentar, Pak?!” tanyanya. “Silakan bu…!” jawab saya.
Saat itu saya baru saja berbicara di hadapan sekelompok kaum ibu mengenai kebesaran Allah Swt dan bagaimana Dia Swt menjawab setiap doa hambaNya. Acara sudah usai dan saya tengah istirahat sejenak sambil menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah.
Bu Dessy menyampaikan pengalamannya saat saya masih terus mengunyah. Begitu antusias ia menuturkan hingga saya pun mulai pasang telinga.
Ia mengabarkan bahwa ia bersyukur memiliki seorang suami yang amat shalih. Keshalihan suami itulah yang membuat Dessy mengambil keputusan menikah dengannya, meskipun awalnya Dessy adalah seorang non-muslimah. Setelah beberapa tahun menikah dan dikaruniai dua orang anak, Dessy mendapati bahwa ia merasa tidak cocok dengan agama Islam, bahkan belakangan ia kembali kepada agama semula.
“Saya terus mencoba untuk membuat anak-anak ikut ke agama saya namun rupanya mereka lebih sayang kepada ayah mereka…” tutur Dessy.
Ia melanjutkan bahkan saking kuatnya pengaruh ketaatan beragama suaminya, anak-anak tumbuh menjadi keturunan yang shalih dan kuat berakidah.
Hingga Dessy menuturkan pengalaman dialognya dengan seorang anaknya yang berumur 4 tahun saat itu dan membuat jalan hidup Dessy kembali berubah.
“Kami saat itu sedang asyik bermain ayunan di taman…. Kami tertawa riang dan bercanda….. Saat kami kelelahan bermain dan beristirahat sambil duduk di taman aku berkata kepada anakku, ‘Nak…, enak sekali ya bermain di taman seperti ini!’ Sang anak pun menjawab, ‘Ya Ma, asyik sekali… Tapi sayang ya kita cuma bisa bermain bersama di sini, tidak di surga.’jawab sang anak.”
“Memangnya mengapa kita tidak bisa main seperti ini di surga nanti?!” tanya Dessy keheranan. Anaknya yang tersayang itu menjawab, “Kita kan semua muslim, sementara mama bukan hamba Allah yang muslimah. Sedang surga hanya Allah berikan kepada hamba yang taat kepadaNya….”
DEGGG….! Hati Dessy tersentak. Ia tidak menyangka bahwa anaknya mampu berpikir sedemikian jauh. Hati Dessy menjadi galau. Matanya kini berkaca-kaca membayangkan bahwa ia tidak bisa berjumpa lagi dengan anaknya di surga nanti. Namun sejurus kemudian ia malah berpikiran buruk terhadap suaminya. “Ini pasti ulah suamiku!” batin Dessy. Ia menyangka bahwa suaminya pasti telah mendoktrin anaknya sedemikian rupa.

Sore itu sepulang suaminya dari tempat bekerja Dessy menyerangnya habis-habisan. Anehnya meski Dessy berteriak-teriak dengan suara melengking, sang suami malah terlihat begitu tenang dan selalu tersenyum. Begitu Dessy mereda sang suami memberinya penjelasan dan menyadarkan Dessy untuk kembali ke jalan Allah Swt. Alhamdulillah hati Dessy meluluh. Hidayah Allah Swt kembali lagi menyapanya. Dessy berniat untuk kembali menjadi muslimah dengan satu syarat bahwa sang suami harus mencarikan seorang guru yang tepat untuk Dessy agar ia yakin dan mantap memeluk agama Islam.
Suami Dessy menerima syarat itu lalu ia mengajak Dessy untuk melakukan shalat Isya berjamaah. Maka Dessy kembali menyembah Allah Swt setelah sekian lama ia meninggalkanNya.

Shalat Isya di malam itu begitu sejuk terasa dalam batin Dessy dan suaminya. Sang suami bersyukur kepada Allah Swt sambil menitikkan air mata bahagia, sedang Dessy menengadahkan wajah dan kedua tangannya sambil memanjatkan doa dengan suara yang terpendam dalam dada. Dessy sampaikan kepada Allah, Tuhannya:
“Ya Allah…., hingga kini aku belum merasakan keagungan dan kehebatanMu…
Andai betul Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Kuasa…, mohon kiranya Engkau membuat rumah ini laku terjual!”

Demikianlah doa yang dipanjatkan Dessy malam itu kepada Tuhannya. Sebuah doa dari hamba yang lemah yang ingin menguji kekuasaan dan keperkasaan Allah Swt.


Saya terperanjat mendengar tutur doa yang pernah Dessy panjatkan. Saya bertanya kepada Dessy apakah rumah itu kemudian laku terjual? Maka Dessy pun melanjutkan kisahnya………

Sudah 7 bulan yang lalu rumah yang ia diami saat itu pernah diiklankan untuk dijual. Berhari-hari, berminggu-minggu bahkan lebih dari itu Dessy dan suaminya memasarkan rumah mereka di berbagai media. Namun sayang tidak ada satu pun respon positif dari iklan yang dipasang. “Jangankan melihat lokasi, telefon masuk pun yang menanyakan rumah tidak ada” jelas Dessy singkat.
“Kami pun menyadari bahwa memang rumah kami sulit untuk dijual. Sebab lokasi rumah itu di lingkungan warga keturunan yang masih begitu percaya hoki dan feng shui. Ditambah lagi bentuk tanah rumah kami miring. Apalagi nomor rumah kami adalah 4 (empat) yang berarti mati dan membawa sial. Kami sudah putus asa menjual rumah itu, hingga kami berhenti beriklan” jelas Dessy.

Saat suami Dessy meyakinkannya untuk kembali memeluk Islam dan bercerita akan keagungan Allah. Maka Dessy pun ingin menguji kebenaran dari kuasa Allah Swt itu. Sebab itu Dessy berdoa dengan redaksi di atas. Sebuah doa yang menantang kekuasaan Allah Ta’ala.


“Terus bagaimana kelanjutan kisahnya, bu….?” tanya saya tak sabar. Maka Dessy pun melanjutkan kisahnya:

Seperti rutinitas harian yang Dessy kerjakan maka pagi itu ia berangkat ke toko miliknya. Sepanjang hari Dessy menanti ijabah dari Allah Swt atas doa yang ia panjatkan. Namun hingga sore hari masih belum ada pertanda akan datangnya ijabah doa itu.
Ba’da Ashar suami Dessy datang menjemput. Saat baru saja tiba Dessy langsung bertanya penuh harap kepadanya, “Apakah ada orang yang datang menanyakan rumah, Pa?!” Sang suami malah balik bertanya, “Memangnya apakah kamu pasang iklan kemarin?!” Dessy menjawab, “Tidak!” “Ngawur kamu, Ma…. Masak tidak pasang iklan terus berharap ada orang yang datang menanyakan rumah!!!” Dessy tidak membalas kalimat terakhir dari mulut suaminya, namun ia membatin, “Ya Allah, rupanya Engkau tidak berkuasa seperti yang aku harapkan!”
Tak lama setelah itu Dessy dan suaminya kembali pulang ke rumah.

Saat itu kira-kira pukul setengah lima sore. Dessy dan suaminya baru tiba di rumah. Mereka tengah berada di kamar dan baru saja berganti pakaian. Mereka saling bertukar cerita dan pengalaman yang mereka lalui hari itu. Dalam perbincangan mereka di kamar saat itu, tiba-tiba mereka berdua mendengar ada suara seorang perempuan asing mengucapkan salam di luar rumah. Dessy mengintip lewat jendela. Di sana ada seorang wanita berjilbab panjang dengan warna muram. Sekilas Dessy menyangka bahwa perempuan itu pasti datang untuk meminta sumbangan. Dessy keluar dari kamar dan ia berpesan kepada pembantunya untuk memberi infak bila perempuan di luar sana meminta sumbangan. Usai berpesan Dessy pun kembali ke dalam kamar.

Pintu kamar kemudian diketuk oleh sang pembantu dan Dessy pun keluar. “Bu…, perempuan di luar tadi katanya datang mau melihat rumah” jelas sang pembantu. Deggg….! sontak Dessy terperanjat. Tak percaya akan berita yang didengarnya, maka Dessy bergegas untuk membukakan pintu bagi tamunya. “Wajah tamu itu begitu sumringah….” papar Dessy. “Setiap kali ditunjukkan sebuah bagian ruang dari rumah kami, ia selalu bertasbih menyebut nama Allah dan kegirangan” imbuhnya lagi. Ia menyatakan tertarik dengan rumah Dessy dan menanyakan berapa harga yang diminta. Di luar dugaan Dessy sang tamu tidak hanya setuju dengan harga yang disebutkan, bahkan wanita itu mengajaknya untuk pergi ke notaris keesokan paginya untuk transaksi jual-beli rumah. SUBHANALLAH….!

Dessy kegirangan sore itu dan malam harinya ia bermunajat kepada Allah untuk menyampaikan rasa syukurnya atas ijabah doa yang Allah Swt berikan.

Esok paginya ia datang ke notaris bersama suami dan ibu calon pembeli rumah. Akte jual-beli rumah sudah diselesaikan dan proses akad tersebut begitu mudah dan cepat. Wajah Dessy begitu sumringah, dan dalam obrolan di kantor notaris itu Dessy sempat bertanya kepada ibu yang membeli rumahnya, “Bu…, apa yang membuat ibu tertarik dengan rumah kami dan darimana ibu mencari infonya?”
Sang ibu pembeli rumah menjawab, “Saya memang sudah lama mencari rumah di daerah Kelapa Gading, Jakarta. Namun belum ketemu jodohnya barangkali. 2 malam yang lalu sehabis shalat Isya saya merasa kegerahan di dalam rumah. Sambil ngobrol dengan suami di teras rumah, maka saya ambil setumpuk koran lama di meja yang ada di teras untuk kipasan. Lagi asyik ngobrol eh… tiba-tiba saya melihat ada sebuah iklan baris yang menjual rumah di daerah Kelapa Gading. Melihat ukuran rumah dan harganya kok sepertinya cocok betul dengan rumah yang saya cari. Maka keesokan harinya saya baru datang ke rumah bapak-ibu.”

Mendapati penjelasan sang ibu pembeli, Dessy menjadi terkesima dan melongo. Ia seolah tak percaya akan apa yang didengarnya. Sekali lagi Dessy menegaskan, “Dua malam yang lalu ibu membaca iklan baris itu?! Koran itu terbitan tanggal berapa dan pukul berapa ibu berada di teras rumah sambil kipas-kipasan? !”

“Gak tahu ya bu tanggal berapa koran tersebut tapi rasanya mungkin 7 bulan lalu itu koran. Sementara kalau waktu saya ngobrol dengan suami di beranda rumah saat itu mungkin kira-kira pukul 7 malam mungkin ya…” jawab sang ibu pembeli ringan.

“ALLAHU AKBAR….!” Dessy memekik. Ia terdiam sejenak dan tak sanggup berkata apa-apa. Beberapa bulir air mata kini menitik di pipinya. Sang suami dan ibu pembeli rumah bertanya apa gerangan yang terjadi. Lama Dessy terdiam. Tak sanggup ia mengangkat wajah. Setelah agak tenang Dessy menjelaskan bahwa 2 malam yang lalu ia shalat Isya bersama suami setelah sekian lama ia murtaddah. Ia ceritakan kepada semua yang hadir di ruangan notaris itu bahwa malam itu ia berdoa dengan redaksi menantang kekuasaan Allah Swt. Sungguh diluar jangkauan pikiran Dessy bahwa kalimat-kalimat doa itu rupanya naik menghadap Allah Swt, dan pada saat yang sama Allah Swt menjawab doanya dengan memberikan pantulan sinar pada tumpukan koran lama yang ada di beranda rumah ibu pembeli. Ibu pembeli rumah lalu merasa kegerahan dan Allah Swt menggerakkan tangannya untuk mengambil koran lama untuk dibuat kipas. Maka iklan rumah yang berbulan-bulan itu akhirnya menemui calon pembelinya.
SUBHANALLAH!

Dalam ruangan notaris itu Dessy berikrar bahwa kini ia tidak ragu lagi terhadap Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa. Sungguh, keagungan Allah Swt amat menakjubkan. Apakah Anda merasakannya? !

Sabtu, 15 Mei 2010

Aku Yang Hina di Hadapan-Nya

Astagfirullahal adzim…
Wahai Rabb yang Maha Pengampun, Ampunilah segala dosa yang telah kami perbuat…
Wahai Rabb yang Maha Besar, Tiada yang mustahil bila kau sudah berkehendak…
Wahai Rabb yang Maha Agung, Tiada kemuliaan bila tidak dengan keredhoan-Mu…

Wahai Rabb yang Maha menjaga rahasia, Bila Kau buka segala aib-aib kami yang sampai saat ini masih Engkau tutupi apa jadinya kami ini? Betapa besar cinta-Mu pada kami sehingga Kau masih jadikan kami mulia dihadapan orang-orang terdekat kami, Betapa Maha Pengasihnya Engkau terhadap kami sehingga sampai detik ini Kau masih mengurus kami. Bagaimana bila semua nikmat yang Kau berikan pada kami saat ini Engkau cabut karena begitu Murkanya Engkau terhadap perbuatan kami?


Astagfirullahal adzim… Semua tak bisa kubayangkan ya Rabb…
Bila mata ini harus menangis karena segala dosa yang telah kami perbuat mungkin sampai mata ini mengeluarkan air darah sekalipun tidak akan cukup dan tidak akan pernah cukup menghitung segala dosa diri ini…

Terkadang kami sudah merasa sebagai makluk yang paling bertakwa ketika sudah menjalan perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu… betapa tidak sadarnya diri ini bahwa sudah masuk kelembah kesombongan. Terkadang kami merasa hebat & bangga sudah bisa meringankan beban saudara di sekitar kita, tidak sadarkah kita betapa sudah naifnya diri ini?

Ya Rabb betapa hinanya diri ini…

Surat Al-Baqarah Ayat 30 :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Kamis, 13 Mei 2010

Pengaruh Perempuan Dalam Kekuasaan

Senin, 10/05/2010 10:58 WIB | email | print | share
http://www.eramuslim.com/editorial/pengaruh-perempuan-dalam-kekuasaan.htm

Selalu ada anggapan perempuan adalah makhluk yang lemah. Menganggap perempuan tidak mampu mempengaruhi, mengendalkan, dan memegang kekuasaan. Mungkin pandangan seperti itu sudah dibantah dengan preseden, seperti di Indonesia yang mayoritas muslim, pernah presidennya , seorang perempuan. Pakistan yang dalam konstitusinya menyebutkan negara Islam, pernah dipimpin Benazir Bhuto, yang banyak dipuji-puji.

Sejarah di Indonesia pernah menjadi pembicaraan yang hangat, berkaitan dengan pengaruh peremuan di seputar kekuasaan. Konon, sampai sang ‘Penguasa’ yang sangat berkuasa itu, justru menjadi boneka seorang perempuan. Si isteri sang ‘Penguasa’ itu, justru adalah ‘the real president’, dan berkuasa ser ta memilikiki otoritas penuh. Si ‘Penguasa’, yang kebetulan suaminya, hanyalah sebagai boneka, yang menjalankan titah isterinya yang selalu berada dibelakang layar, dan seakan tidak nampak pengaruhnya.

Tetapi, dibalik senyum dan sikapnya yang lembut, dan santun, terkadang keibuan itu, sejatinya dia mempunyai cengkeraman yang kuat terhadap sang ‘Penguasa’, sehingga si ‘Penguasa’ itu tidak dapat berkutik terhadap titah sang isteri. Ibaratnya seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Tunduk dan patuh. Tidak pernah menolak apapun yang menjadi kehendak dan keinginan sang isteri. Perempuan yang menjadi ‘bayangan’ itu, memiliki sifat dan watak,yang ambisius, egois, dan tamak.


Rakyat tidak pernah dapat memahami kondisi ini. Di sebuah negara yang sistem politiknya demokrasi sekalipun, tak akan dapat menangkap gurat-gurat dari peranan sang ‘Permaisuri’, yang sejatinya sangat besar. Mengalahkan partai politik, parlemen, dan jendral sekalipun. Ini hanyalah sebuah mesteri, yang tidak dapat dimengerti logika akal, terkadang menjadi sangat mistis.

Di zaman lalu. Ada seorang penguasa yang sangat luar biasa kekuasaannya. Tetapi, sang ‘Penguasa’ ini lahir dari trah (keturunan) seorang petani, ketika berkuasa, konon lebih banyak menjalankan keinginan isterinya yang masih trah kraton. Begitu besar pengaruhnya sang isteri itu. Karena, walaupun sang ‘Penguasa ‘ itu memiliki kekuasaan yang luar biasa, dan sangat ditakuti, tetapi di hadapan isterinya dia hanya menunduk. Hal ini disebabkan adanya perbedaan darah dan keturunan (nasab).

Maka, sang isteri itu ikut menentukan segala kebijakan, keputusan, dan pengangkatan pejabat, di level-level yang strategis. Tak heran para calon pejabat yang penting-penting, selalu ‘sowan’ kepada sang isteri ‘Penguasa’, agar mendapatkan restu.
Proyek-proyek yang strategis pun ikut menentukan, siapa yang berhak untuk menangani proyek itu, dan dari sini mula lahirnya kosa kata yang disebut : KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme).

Negara men jadi sebuah oligarki. Di mana segelintir orang yang berkuasa atas nasib rakyat, yang ratusan juta. Sirkulasi kekuasaan hanyalah ada dikalangan elit, semuanya yang berjalan adalah mekanisme dengan KKN. Tak ada yang terbuka atau transparan. Dan tetap berjalan sampai hari. Tak terkecuali di era reformasi, yang sudah mengumandangkan paradigma baru dengan jargon : Demokrasi.
Tak heran di masa lalu ada seorang ‘First Lady’, yang mendapatkan julukan sebagai, ‘Madame Ten Percents’. Karena sang ‘Nyonya’ mendapatkan upeti 10 persen dari proyek-proyek yang besar dari para konglomerat, pengusaha besar, yang sudah menjadi kroni kekuasaan, yang menggurita itu.

Dari sini betapa kekuasaan itu, juga tak dapat lepas dari peranan perempuan. Sang ‘Penguasa’ yang setiap hari tidur dalam satu ranjang dengan isterinya, dan isterinya penuh dengan ambisi dan ego, pasti akan menyebabkan sang ‘Penguasa’, hanyalah menjadi pengikutnya. Apalagi, jika sang ‘Penguasa’ itu trahnya lebih rendah dibandingkan dengan isterinya yang mempunyai trah yang lebih tinggi, keturunan kraton, jendral, dan embel-embel lainnya, sementara sang ‘Penguasa’ itu lahir dari keluarga ibu-bapa, yang biasa-biasa saja, maka akan lebih tunduk.
Kalau ada yang bilang perempuan itu makhluk lemah, di zaman modern ini, perlu di revisi, sekalipun ini menyalahi kodrat. Di Mesir kuno, pernah ada perempuan yang bernama ‘Cleoprata’, yang mempunyai kekuasaan yang demikian hebat. Saking ambisinya dengan kekuasaan, dia bersedia di zinahi oleh penguasa dari Eropa untuk mendapatkan kekuasaan. Itulah perempuan.

Apakah nasib Indonesia juga akan lebih banyak ditentukan oleh perempuan? Sekarang, undang-undang partai politik, mewajibkan setiap partai politik menyediakan 30 persen kadernya untuk duduk di pos-pos politik. Inilah sebuah kehidupan baru. Wallahu’alam.