Selasa, 30 November 2010

Keakraban Seorang Ayah dan Anak

By : Sekjen Permadani

Adzah dzuhur telah berkumandang pertanda waktu sholat dzuhur harus di tegakkan (dilaksanakan). Ku nyalakan sepeda motorku dan kubimbing arah motor menuju seruan kumandang adzan dzuhur (masjid ar-rahman). Ku parkir motor di samping halaman masjid dan kulangkahkan kaki menuju tempat wudhu masjid tersebut. Ku putar keran air kutadahkan tangan untuk mengambil tetesan air, ku basuh muka seraya memohon kepada Allah agar dosa-dosa dalam diri berguguran bersamaan dengan air wudhu bekas basuhan muka, tangan, kepala, telinga dan kaki. Amin


Ketengan pun menghampiri ketika selesai wudhu aku berdoa dan mulai melangkahkan kaki menuju ruangan masjid tempatku hendak melaksanakan ibadah sholat dzuhur. Takbir pun keluar dari bibir yang penuh dosa ini dan mulai ku ikuti gerakan sholat imam. Selesai sholat ku bersimpuh memanjatkan dosa agar dosa-dosa orang tua dan dosa saya di ampuni Alloh, mohon diberikan kekuatan dalam menjalani liku kehidupan fatamorgana dunia. Dan tak lupa pastinya permohonan agar diberikan pendamping hidup yang bisa menentramkan jiwa, bisa lebih mendekatkan diri kepada-MU. Amin


Selesainya aku berdoa, sejenak aku lihat HP barang kali ada SMS masuk. Setelah kuliat ada panggilan tak terjawab, dan kubuka siapa gerangan telpon yang tak terangkap tersebut? Setelah terbuka muncul-lah tulisan nama dalam HP tersebut "BABEH" alias bapak saya yang telpon ternyata. Kubuka lembaran baru tuk menulis pertanyaan kepada beliau ada apa gerangan kiranya telpon, barang kali ada yang penting. Setelah selesai menulis tinggal mengirim pesan, ketika mau dikirim hati kecilku berkata "Begitukah caramu menanyakan kepada orang tua cuma lewat SMS, kenapa kamu tidak telpon balik? berapa rupiahkah sih pulsa yang habis untuk menelpon ayah tercinta? Beri apresiasi yang luar biasa buat seorang ayah yang sudah membimbing, membina, mengajar. Selagi kita mampu berikan yang terbaik dari yang terbaik".


idak jadilah aku mengirimkan pesan yang kutulis tadi dan ku tekan panggilan pada nomor "BABEHKU". Terdengar suara tut.. tut.. tut.. pertanda panggilan sedang terhubung. Dan terdengarlah ucapan "Assalamu'alaikum" dari nomor tersebut. Mulailah kami bercakap, mulai dari menanyakan kabar keluarga, sedang apa disana, dan pastinya ada apa gerangan ayahanda telpon? Ternyata ayah memberikan kabar bahwa adik keponakan saya yang jadi tentara di ambon sekarang lagi pulang kampung setelah 2.5 tahun berdinas disana. Dan kabar hebohnya lagi dia pulang kampung membawa seorang akhwat yang tersiar kabar calon istrinya, aku tidak kaget karena aku sudah tau dan sudah dikenalin dengan akhwat tersebut. Subahanallah bahagianya hati ini mendengar adik keponakanku sudah punya calon pendamping istri. Dan insya Alloh akhwatnya bisa menjadikan adik keponakan saya menjadi hamba yang lebih baik dan selalu ingat kepada Alloh. Amin... Insya Alloh


Akhirnya sebelum kututup telponnya sang ayah berpesan setelah aku bercerita bahwa disini aku belum mendapatkan pekerjaan. Jangan terlalu bernafsu dengan pekerjaan, ikhtiar saja kalau memang ada peluang ya ikutan dan kalaupun gagal jangan kecewa (Alloh apa yang terbaik buat hambanya). Hati ini seolah terdiam dan jantung ini rasanya berhenti sejenak berdetak bersyukur dengan sosok ayah yang bijaksana ini. Thanks Father Doamu, Wejagnanmu akan kujadikan motivasi tuk memberikan yang terbaik untukmu. Amin


NB : Pesan saya jangan pernah kecewakan orang tua, jadi anak yang berbakti ini sudah merupakan berlian luar biasa bagi kedua orang tua. Amin

0 komentar:

Posting Komentar